by Kurniawan - Espos.id Solopos - Sabtu, 5 September 2020 - 22:00 WIB
Lantas, siapa dan bagaimana perjalanan Nunggal di dunia preman Kota Solo? Simak laporan eksklusif Esposin berikut:
Nunggal muda yang bertubuh gempal adalah pimpinan kelompok bernama Gondhez’s (GDZ's). Kelompok ini beranggotakan ribuan orang dari Solo, Karanganyar, dan sekitarnya.
Perjalanan GDZ's dimulai tahun 1984, kala itu Nunggal yang keluar dari sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta, kembali ke tanah kelahirannya, di Solo. Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk mempunyai banyak teman.
Perjalanan GDZ's dimulai tahun 1984, kala itu Nunggal yang keluar dari sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta, kembali ke tanah kelahirannya, di Solo. Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk mempunyai banyak teman.
Bupati Yuni: Sragen Zona Merah Covid-19, Klaster Naker RSUD Mendominasi
“Ada Dodo, Dodot, Eko Kenthir, Welem, dan teman lainnya. Kami mendirikan Gondhez’s tahun 1984 sekitar bulan April-Mei,” ujar Nunggal saat berbincang dengan Esposin, Sabtu (15/8/2020).
Jago Bela Diri hingga Main Burung, Ini 5 Fakta Unik Nunggal Si Preman Solo Pimpinan Gondhez’s
Banyak anak muda Solo dan sekitarnya yang lantas menyatakan bergabung dan aktif dalam berbagai kegiatan GDZ's seperti menongkrong atau touring menggunakan motor. Saat touring ke Pantai Parangtritis atau Tawangmangu, jumlah iring-iringan sepeda motor mereka mencapai seratusan lebih.
“Kasarannya, orang menyebut kami geng sepeda motor lah. Kami sering jalan-jalan ke Tawangmangu dan Parangtritis. Tidak hanya 10 orang pendiri, tapi ratusan motor, bareng-bareng. Saat itu anggota kami bertambah terus. Banyak sekali. Setiap hari Minggu pasti keluar Solo ramai-ramai pakai motor, sekedar jalan-jalan” imbuh dia.
Dia mengaku sudah tidak ingat lagi berapa pertarungan fisik yang pernah dilakoni selama memimpin GDZ's. Namun karena postur tubuhnya yang kekar, pria kelahiran Solo, 6 Juli 1967 itu selalu berhasil memenangi pertarungan itu, baik tangan kosong atau dengan senjata.
Sepak terjang Nunggal dan kawan-kawan (dkk) kala itu membuat lawan-lawannya segan. Apalagi Nunggal memiliki puluhan orang kepercayaan yang dia sebut sebagai “panglima tempur" dan selalu siap pasang badan.
Mbledos! 32 Warga Klaten Terkonfirmasi Positif Covid-19 dalam Sehari, Wonosari Terbanyak
Namun menariknya, Nunggal tak pernah sekali pun belajar bela diri. Dia belajar secara otodidak dari perkelahian-perkelahian yang dijalani. Naluri, mental dan kemampuan berkelahi dia terus terasah dari satu pertarungan ke pertarungan yang lain. Kebetulan sejak remaja Nunggal sudah sering berkelahi.
“Saat berkelahi saya lihat lawan. Dia bawa senjata atau tidak. Kalau dia bawa senjata, saya pakai senjata juga. Kalau dia tangan kosong ya saya juga harus tangan kosong,” terang dia.
Pura-Pura Muntah, 2 Penumpang Bawa Kabur Mobil Carteran di Wonogiri
Kini di usia senja, Nunggal si preman yang paling disegani di Solo ini mengaku menikmati perannya sebagai seorang kakek dari dua cucu.
"Ya kadang-kadang main sama dua cucu saya di Mojosongo. Senang rasanya kalau bisa kumpul cucu," kata dia.
Selain momong cucu, Nunggal juga mengisi waktunya dengan berjualan burung. Terkadang dia ikut lomba burung di Solo raya. Setiap hari dia bangun pagi untuk membersihkan dan memberi makan burung-burungnya.