by Kurniawan - Espos.id Solopos - Sabtu, 19 Maret 2022 - 10:18 WIB
Esposin, SOLO — Pernyataan Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat, yang menyebut fungsi Sasana Pustaka Keraton Solo akan dikembalikan untuk kepentingan internal Keraton, mendapatkan kritik tajam.
Kritik seputar Sasana Wilapa itu disampaikan anggota Komisi IV DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, kepada Esposin melalui telepon seluler (ponsel), Jumat (18/3/2022). Sebagai informasi, Komisi IV DPRD Solo mengurusi bidang kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan.
“Sasana Pustaka itu kan salah satu pustaka yang tak ternilai harganya yang bisa menjelaskan tentang sejarah. Justru jangan dijadikan untuk internal, mestinya berbagi, walau harus dengan ketentuan dan adat yang berlaku di Keraton,” tutur dia.
Baca juga: Fungsi Sasana Pustaka akan Dikembalikan untuk Internal Keraton Solo
Baca juga: Fungsi Sasana Pustaka akan Dikembalikan untuk Internal Keraton Solo
Ginda mencontohkan sikap terbuka Pura Mangkunegaran terhadap para pegiat sejarah maupun peneliti. Seingat dia, pada era kepemimpinan SISKS Paku Buwono (PB) XII pihak Keraton Solo pun bersikap terbuka kepada para peneliti.
Menurutnya, peneliti dan pegiat sejarah diberikan akses ke Sasana Pustaka Keraton Solo yang memang menyimpan banyak dokumen, arsip dan manuskrip sejarah panjang bangsa ini. Ginda yang mengaku masih kerabat Keraton mengaku kecewa.
Baca juga: Sasana Pustaka Tak Bisa Diakses, Keraton Solo Jelaskan Penyebabnya
Ginda yang merupakan politikus PDIP mengaku masih ingat sebelum terjadinya insiden pada tahun 2017, Sasana Pustaka Keraton terbuka untuk umum, terutama peneliti. Sebab di situ tak hanya banyak manuskrip, tapi juga jurnal.
“Yang disayangkan pernyataan tentang pengurus lama, kunci tidak ada, bahkan info akan dijadikan pustaka internal. Itu cagar budaya. semua yang ada di dalam situ, bagian dari cagar budaya. Sinuhun sebelumnya sangat terbuka,” kata dia.
“Saya gagal paham dengan penjelasan Mas Dani itu. Mestinya sebagai Wakil Pengageng dia mempelajari kebiasaan yang dulu. Di zaman modern mestinya terbuka, bukan malah menutup. Apalagi mau dieksklusifkan,” ujar dia.
Baca juga: Walah, Keraton Solo Punya Harta Tak Ternilai Tapi Enggak Bisa Diakses
Secara terpisah, Dani Nur Adiningrat mengatakan konsep internal yang dia maksud bagi pengunjung atau wisatawan umum. Sedangkan bagi para peneliti atau pelaku studi sejarah Sasana Pustaka Keraton kelak akan tetap terbuka bagi mereka.
“Bukan untuk umum atau perpustakaan umum. Bila yang datang para peneliti akan tetap kami terima. Selama ini pun ketika ada peneliti-peneliti yang datang juga masih kami cover. Pernah sebulan ada 50 peneliti,” terang dia.
Namun dokumen yang dipergunakan dari Museum Radya Pustaka dan sumber dokumen lainnya yang dibutuhkan. Sebab beberapa tahun ini Dani tidak memegang kunci Sasana Pustaka. “Jadi penelitian selalu kami layani,” urai dia.