by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Selasa, 10 Agustus 2021 - 10:22 WIB
Esposin, SRAGEN — Meskipun masa pandemi Covid-19, ritual jamasan slambu (tirai) penutup makam Pangeran Samodro di Gunung Kemukus Sragen masih tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Ritual yang disebut dengan Nglarap Slambu itu dilakukan di kompleks wisata Gunung Kemuskus, Pendem, Sumberlawang.
Air bekas jamasan atau cucian slambu itu biasanya menjadi rebutan banyak orang karena mengharap berkahnya. Namun, pada ritual 1 Sura tahun ini yang jatuh pada Selasa (10/8/2021) tak da orang yang berebut air bekas cucian slambu.
Prosesi Nglarap Slambu pun dilaksanakan cukup cepat hanya sekitar 45 menit dan diikuti sekitar 20 orang. Penonton pun hanya warga sekitar kurang lebih 10 orang. Proses pelepasan slambu dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pada pukul 07.45 WIB.
Baca juga: Achmad Zaky, Pengusaha Asal Sragen Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Total Hartanya Rp4,7 Triliun
Baca juga: Achmad Zaky, Pengusaha Asal Sragen Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Total Hartanya Rp4,7 Triliun
Mereka tak sekadar mencari air bekas cucian slmabu tetapi slambu bekas yang sudah dicuci itu pun ada keberkahan yang diburu banyak orang. Slambu bekas yang sudah dicuci itu sebagian dipasang kembali dan sebagian yang rusak diganti dengan yang baru.
“Proses ritual Nglarap Slambu tahun ini sangat sederhana dan waktunya memang dipercepat. Prosesinya, slambu yang dicopot kemudian dikirap menuruni bukit untuk dicuci di perairan Waduk Kedung Ombo. Kalau dulu kirabnya sampai waduk jalan kaki, sekarang dinaikkan mobil Polsek sehingga cepat. Setelah dicuci di waduk kemudian dibawa ke tempat jamasan untuk dibilas,” ujar Kepala Dispora Sragen, I. Yusep Wahyudi, saat dihubungi Esposin, Selasa.
Yusep melanjutkan pembilasan slambu di Gunung Kemukus Sragen itu dilakukan oleh sejumlah tokoh. Yusep memulai awal pembilasan kemudian diikuti Camat Sumberlawang, Kapolsek Sumberlawang, Danramil Sumberlawang, dan terakhir juru kunci Makam Pangeran Samodro. Setelah pembilasan ritual selesai. “Setelah ritual kami sarapan nasi tumpeng bersama. Bagi warga yang membutuhkan air bekas bilasan slambu itu sudah disediakan sebanyak 200 botol bekas air mineral berkapasitas 600 ml. Warga yang membutuhkan air itu mendaftar ke panitia. Biasanya warga yang mengambil itu sudah mendapat pesanan dari luar Sragen,” jelas Yusep.
Sepi
Bayan Gunungsari, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen, Ariyadi, sempat mengikuti prosesi ritual tersebut. Dia melihat prosesi ritual tak ramai seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Tidak ada yang berebut air bilasan slambu. Bagi yang membutuhkan air itu bisa minta kepada pihak panitia karena air sudah ditampung di botol-botol yang disediakan. Ya, beginilah situasi PPKM [pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat],” ujarnya.
Baca juga: Kisah di Balik Ritual Seks, Pesugihan & Ngalap Berkah di Gunung Kemukus Sragen
Ariyadi menyampaikan pada malam jelang 1 Sura pun, Senin (9/8/2021) malam, tak ramai. Ariyadi menyampaikan selama 1,5 tahun masa pandemi, Gunung Kemukus Sragen sepi.
“Bahkan sebelum Covid-19 pun sudah sepi. Warga hanya bisa berdoa semoga pandemi segera berakhir dan virusnya segera musnah,” ujarnya.