Esposin, WONOGIRI — Ribuan warga tumplek blek di area hutan Bukit Gendol, Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, Minggu (14/7/2024). Mereka berbondong-bondong datang ke tempat itu untuk menyaksikan acara adat setempat bernama Ngrekso Bumi.
Dalam acara itu, warga bersedekah hasil bumi untuk dibagikan dan dimakan bersama-sama di hutan. Hal itu sebagai wujud syukur atas kelimpahan rezeki yang Yang Maha Kuasa.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Rangkaian acara Ngrekso Bumi dimulai dari istigasah di Bukit Gendol pada Sabtu (13/7/2024) malam yang diikuti ratusan warga. Kemudian pada Minggu pagi, ribuan warga melakukan kirab gunungan hasil bumi dan makanan dari dusun ke Bukit Gendol.
Setelah meletakkan gunungan, mereka duduk bersila dan kembali berdoa memohon keselamatan serta memanjatkan syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan atas limpahan hasil pertanian di Desa Conto.
Banyak dari warga desa itu yang duduk di lereng-lereng bukit karena lapangan kecil tempat gunungan tidak cukup memuat banyaknya massa. Suasana magis terasa di dataran tinggi itu.
Berbagai kesenian tarian seperti Gambyong Pareanom dan Kethek Ogleng menjadi hiburan sela. Penampilan tari itu pun langsung menyedot perhatian ribuan warga yang hadir. Gelak tawa terdengar saat anak-anak SD saat menampilkan kesenian tradisional itu.
Pada kesempatan itu pula, ritual pembakaran ogoh-ogoh oleh Kethek Ogleng setelah mengalahkan cakil dalam tarian tak lepas dari perhatian warga. Ogoh-ogoh yang berbentuk raksasa merah dengan wujud mengerikan langsung hangus terbakar setelah ditembus panah api.
Ogoh-ogoh yang dibakar itu sebagai simbol kejahatan. Setelah ogoh-Ogoh-ogoh hangus, warga langsung menyerbu gunungan berisi hasil bumi seperti terung, wortel, kubis, jagung, kacang panjang, dan sebagainya.
Mereka berebut hasil bumi lantaran menganggap gunungan yang telah didoakan itu bisa membawa keberkahan. Dalam waktu sekejap, gunungan setinggi 4 meter itu ludes. Tampak wajah bahagia dan semringah para warga selama acara berlangsung.
Kepala Desa Conto, Rudi Cahyono, mengatakan Ngrekso Bumi digelar sebagai ungkapan rasa syukur warga kepada Tuhan sekaligus wujud cinta kasih kepada alam. Selama ini warga Desa Conto senantiasa diberikan hasil pertanian melimpah, tanpa kekurangan air. Hutan pun tetap lestari.
Simbol Kerukunan
”Ini cara kami untuk menyayangi bumi, mengasihi alam. Gunungan hasil bumi itu berasal dari hasil pertanian warga. Makanan yang dibungkus daun jati dan daun pisang yang dibagikan juga dari warga. Acara ini juga bentuk kerukunan warga Desa Conto,” kata Rudi saat ditemui Esposin selepas acara, Minggu.Rudi menyebut Ngrekso Bumi digelar setiap tahun saat tahun baru Islam dan Jawa. Ada alasan mendasar mengapa acara itu dilaksanakan di Bukit Gendol. Bukit itu menjadi simbol kelestarian alam karena merupakan salah satu wilayah yang terus dirawat Mbah Sadiman, seorang warga yang dengan sukarela terus menjaga alam dengan rutin menanam pohon.
Dengan begitu, diharapkan warga desa lain juga turut melestarikan alam yang memberikan banyak kehidupan kepada mereka. Tari-tarian juga dihadirkan dalam kesempatan itu karena warga desa tak lepas dari kesenian tradisional.
Kesenian itu juga menjadi salah satu roh desa karena memuat nilai-nilai luhur. Yang tak kalah unik, dalam kegiatan itu ada kupon undian. Hadiah undian bukan berupa peralatan rumah tangga atau barang-barang elektronik, melainkan sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti bibit tanaman, caping, dan lainnya.
”Kami sediakan 2.000 kupon undian, semuanya habis,” ucap dia.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Conto, Asef Ardianto, menyampaikan Ngrekso Bumi itu bagian dari upaya menampilkan potensi-potensi Desa Conto. Di dalamnya ditampilkan hasil bumi dan produk kesenian yang bisa menjadi daya tarik wisata.
Acara tahunan itu pun diharapkan bisa mengundang wisatawan dari luar desa bahkan luar kabupaten. “Hasil budaya warga Desa Conto kami tampilkan di sini. Selain nguri-uri budaya, sekaligus sebagai promosi desa wisata Conto,” ujar Asef.