Esposin, WONOGIRI — Tujuh SMP swasta di Kabupaten Wonogiri tidak mendapatkan siswa baru pada penerimaan peserta didik baru atau PPDB tahun ajaran 2024/2025. Dua dari tujuh sekolah itu bahkan terpaksa mengajukan penutupan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri.
Menurut data Disdikbud Wonogiri, jumlah SMP di Kota Sukses sebanyak 116 sekolah. Perinciannya, 78 SMP negeri dan 38 SMP swasta. Pada PPDB 2024, jumlah pendaftar di lebih dari 50% SMP negeri kurang dari daya tampung yang tersedia.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Beberapa sekolah di antaranya hanya mendapatkan peserta didik baru kurang dari 10 anak. Sementara di SMP swasta keadaannya lebih memprihatinkan. Banyak SMP swasta yang hanya mendapatkan segelintir pendaftar.
Misalnya SMP Pancasila 10 Jatisrono yang hanya mendapatkan dua pendaftar. Kemudian SMP Gajah Mungkur 11 Pracimantoro juga hanya ada dua pendaftar. Selain itu SMP PGRI 1 Ngadirojo mendapatkan empat peserta didik baru.
Total ada tujuh SMP swasta di Wonogiri yang sama sekali tidak mendapatkan peserta didik baru pada PPDB 2024. Sekolah itu, tiga di antaranya SMP Pancasila 14 Eromoko, SMP PGRI 6 Baturetno, dan SMP PGRI Jatiroto.
Dua dari tujuh sekolah yang tidak mendapatkan murid baru pada PPDB 2024 itu sudah mengajukan penutupan, yakni SMP Pancasila 16 Pracimantoro dan SMP Pancasila 9 Batuwarno.
Kepala Disdikbud Wonogiri, Sriyanto, kepada Esposin, Jumat (12/7/2024), mengatakan banyak SMP swasta yang kurang diminati masyarakat. Tak sedikit dari sekolah itu yang kekurangan siswa. Jumlah pendaftarnya hanya beberapa anak. Beberapa sekolah bahkan nihil pendaftar pada 2024.
Menurutnya, jika sekolah itu tanpa pendaftar, operasional sekolah itu tidak akan bisa berjalan. Hal itu juga yang sudah terjadi pada beberapa sekolah. Penutupan sekolah karena tidak ada siswa itu adalah keniscayaan. Syarat akreditasi sekolah paling tidak harus ada proses belajar mengajar.
”Iya memang ada SMP yang kurang siswa. Jumlah pendaftarnya sedikit,” kata Sriyanto. Ia menambahkan kondisi itu terjadi karena sekolah kurang atau bahkan tidak mempunyai inovasi. Masyarakat menjadi kurang berminat menyekolahkan anak mereka ke sekolah tersebut.
Kurang Inovasi
Hal yang sama juga berlaku di sekolah-sekolah negeri sekalipun. Beberapa sekolah negeri sepi pendaftar karena dinilai kurang inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ada pula sekolah negeri yang tutup karena tidak ada siswanya, misalnya SD di Desa Bero, Kecamatan Manyaran, pada tahun lalu.Dia menjelaskan kondisi SMP swasta di Wonogiri ini berbeda dengan SD swasta. Untuk jenjang SD, banyak sekolah yang ramai peminat karena memang banyak inovasi pembelajaran yang ditawarkan. “Kalau SMP swasta memang sepi siswa. Kalau SD swasta jika kita lihat malah banyak pendaftarnya,” ucap dia.
Di sisi lain, ada pula SMP swasta yang ramai pendaftar seperti SMPIT Al Huda Wonogiri yang mendapatkan 192 siswa baru. Kemudian SMP Sultan Agung 1 Tirtomoyo juga mendapatkan 120 peserta didik baru pada PPDB 2024.
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPRD Wonogiri, Catur Winarko, mengatakan banyaknya SD dan SMP di Kabupaten Wonogiri yang kekurangan siswa baru tidak semata-mata karena populasi anak usia masuk sekolah sedikit. Faktor lain juga berpengaruh besar misalnya kualitas pendidikan setiap sekolah belum merata.
Hal itu bisa dilihat dari dari masih ada beberapa sekolah yang jumlah pendaftarnya membeludak melebihi daya tampung. Sementara sebagian besar lainnya justru kekurangan pendaftar. Ini mengindikasikan siswa atau orang tua siswa menilai mutu pendidikan sekolah tertentu bagus dan sekolah lainnya kurang baik.
DPRD Wonogiri sejak tahun lalu sudah mendorong dinas terkait dan sekolah-sekolah baik SD maupun SMP untuk berbenah. Mereka diharapkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai inovasi yang dibutuhkan siswa. Misalnya dengan fokus memperbaiki kelas non-akademik seperti olahraga.
Dengan begitu, sekolah tersebut memiliki spesialisasi keunggulan. ”Ini sudah terbukti di beberapa sekolah. Misalnya di SMPN 4 Purwantoro, dulu sekolah itu sepi peminat, apalagi letaknya tidak di pinggir jalan raya, masuk ke gang. Setelah berbenah dengan fokus pada keunggulan nonakademik, sekolah itu sekarang ramai pendaftar,” kata Catur