by Adib Muttaqin Asfar - Espos.id Solopos - Jumat, 17 Juli 2020 - 15:51 WIB
Esposin, SOLO -- Menanggapi jatuhnya rekomendasi PDIP kepada Gibran-Teguh, pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, menyebut Pilkada Solo 2020 telah selesai. Ini karena hampir seluruh partai politik (parpol) di Kota Solo sudah merapat ke PDIP.
"Sebenarnya kalau mau, parpol lain itu bisa mengusung calon alternatif. Tapi kan Gerindra, Golkar, sudah gabung dengan PDIP. Tinggal PKS dan PAN, tapi tidak bisa karena tidak cukup memenuhi syarat administratif. Tinggal kita menunggu verifikasi calon perorangan saja," kata Agus saat dihubungi Esposin, Kamis malam.
Agus menyebut masih ada peluang bagi Gibran-Teguh untuk tidak menjadi calon tunggal di Pilkada Solo 2020, yakni jika Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo (Bajo) lolos verifikasi faktual. Jika calon perseorangan tersebut lolos, maka Pilkada Solo diikuti dua pasangan calon. Namun jika tidak lolos, maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo akan membuka dua kali lagi pendaftaran calon.
"Tapi kalau tiga kali pembukaan calon oleh KPU tidak ada satupun yang mendaftar, ya jadi calon tunggal. Dan kalau Gibran sudah dapat rekomendasi, ya pilkada sudah selesai," kata Agus.
Update Peralatan Laboratorium, FTM ITNY Terima Bantuan Drone & Total Station
Sebenarnya, kata dia, siapapun yang diusung PDIP akan menang di Solo meski bukan Gibran. Selama PDIP solid, Agus meyakini calon tersebut akan memang. Satu-satunya musuh PDIP adalah diri mereka sendiri, khususnya jika masih ada riak-riak di internal partai. Misalnya, jika ada pendukung Purnomo yang tidak puas. Itulah mengapa dia memprediksi akan ada kompensasi untuk Purnomo.
"Tapi politik itu kan tidak semena-mena. Kalau Pak Purnomo kalah, ya tidak sepenuhnya kalah. Begitu juga kalau Gibran menang, tidak sepenuhnya menang. Pasti ada kompromi, mungkin ada kompensasi politik, apalagi untuk tokoh sebesar Pak Purnomo yang sudah didukung DPC," ujar dia.
Tak Ditinggali, Rumah di Wonogiri Ludes Terbakar
"Gibran ini representasi rezim. Kalau anak Presiden nyalon, siapa sih yang tidak mau mendukung?" kata dia.
Inilah yang mendukung terciptanya dinasti politik. "Dinasti politik itu terjadi dan diajarkan sendiri oleh Presiden."
Padahal, sambungnya, dinasti politik kerap menghasilkan kekuasaan yang korup karena kekuasaan tidak bergulir dengan baik. Dengan masuknya Gibran dan Etik, Agus memandang akan ada empat dinasti politik di Soloraya, yaitu di Klaten, Sragen, Sukoharjo, dan Solo. Menurutnya, Soloraya akan menjadi sorotan nasional karena praktik politik dinasti.
"Di Sukoharjo, kalau Etik menang, maka dinasti akan berkuasa selama 20 tahun. Wardoyo dua periode, dan Etik jika dua periode. Begitu pula Klaten yang sudah 20 tahun. Sragen juga. Ini warning [peringatan] untuk partai-partai dan demokrasi," pungkas Agus.
Kecelakaan Sragen: Pengendara Motor Meninggal Dunia Seusai Tabrak Pohon