Langganan

RAMADAN 2013 : Mi Instan, Jadi Menu Paling Istimewa... - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ika Yuniati Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 1 Agustus 2013 - 08:35 WIB

ESPOS.ID - Ditemani sejumlah saudaranya, Rio, warga di Desa Jekawal, Kecamatan Tangen, Sragen menyantap mie instan, Rabu (31/7/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)


Ditemani sejumlah saudaranya, Rio, warga di Desa Jekawal, Kecamatan Tangen, Sragen menyantap mie instan, Rabu (31/7/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Adzan zuhur belum sepenuhnya selesai dikumandangkan. Namun, Rio, 8, sudah bergegas mengambil semangkuk mi instan yang sudah disiapkan kakak perempuannya di dapur. Wajahnya tampak berbinar. Dengan lahap, bocah kelas III SD itu langsung menyantap mi dalam mangkuk tersebut tanpa memberi kesempatan saudara lainnya ikut menyicipi.

Advertisement

Pak engko nek buko aku ditukokke buah ya pak ya,” rengeknya kepada sang ayah selepas menyantap habis mi instan berkuah itu.

Bagi Rio, puasa ialah saatnya meminta beragam makanan yang disukainya. Pasalnya, pada hari-hari biasa, putra kelima buruh serabutan, Sutomo, di Desa Jekawal, Kecamatan Tangen, Sragen ini hanya disuguhi makanan sekadarnya.

Menurut Sutomo, lauk-pauk yang biasa dihidangkan ialah sayur daun ketela dan pepaya ditemani kerupuk . Jika keuangan menipis, yang tersisa di meja makan biasanya hanya nasi dan sambal bawang.

Advertisement

“Biasanya dengan sambal korek mau. Kalau puasa begini mintanya macam-macam,” katanya saat berbincang dengan Esposin di kediamannya, Desa Rabu (31/7).

Padahal, setiap kali puasa, Sutomo, yang baru saja kehilangan istrinya karena sakit asma itu justru membatasi kerjanya. Jika biasanya ia menjadi buruh tebang tebu, pencari akar rumput teki dan pencari kayu dengan penghasilan sekitar Rp40.000 per hari, saat puasa ia hanya melakoni satu pekerjaan saja. Maklum, tenaganya sudah tak kuat lagi jika harus bekerja penuh waktu.

Jika mayoritas orang justru hidup konsumtif saat Bulan Puasa, hal itu tak berlaku bagi Sutomo. Baginya, puasa ialah tentang menahan hawa nafsu mengonsumsi makanan berlebih. Ia bahkan tak memikirkan tentang baju baru saat Lebaran atau keperluan serba mewah lainnya yang biasa dilakoni sebagian masyarakat perkotaan saat Lebaran.

Advertisement

“Saya enggak mikir beli baju untuk anak-anak. Enggak ada uang. Tapi meski enggak ada uang, kami tetap punya menu istimewa, mi instan dan singkong. Biar anak-anak enggak bosan.”

Advertisement
Tutut Indrawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif