by Rudi Hartono - Espos.id Solopos - Kamis, 30 September 2021 - 19:08 WIB
Esposin, WONOGIRI—Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, sangat menyayangkan proyek pembangunan jembatan Nambangan, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, tidak bisa rampung tepat waktu.
Masyarakat turut menanggung kerugian ekonomi dan sosial yang timbul akibat kondisi tersebut. Jika proyek itu ditangani Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, Bupati memastikan sudah “menyelentik” penyedia jasa/kontraktor.
Sebagai informasi, pembangunan jembatan Nambangan senilai Rp12,952 miliar itu merupakan proyek tahun jamak atau multiyears yang dimulai 14 September 2020. Seharusnya proyek rampung 10 Juni 2021. Namun, hingga batas waktu tersebut proyek tak selesai.
Baca Juga: Tradisi Wiwitan Buka Panen Raya Padi Rojolele Organik di Sawahan Klaten
Baca Juga: Tradisi Wiwitan Buka Panen Raya Padi Rojolele Organik di Sawahan Klaten
Pemangku kepentingan terkait memperpanjang durasi pekerjaan selama tiga bulan dengan batas akhir 21 September 2021. Namun, kontraktor juga tak mampu merampungkan proyek sesuai jadwal.
Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan dengan konsekuensi sanksi denda. Kontraktor bersedia menyelesaikannya. Hingga Kamis (30/9/2021) pekerjaan belum selesai.
Baca Juga: 40% Jaringan Irigasi di Wonogiri Rusak
Jembatan Nambangan menghubungkan Kabupaten Wonogiri dengan Kabupaten Sukoharjo melalui jalan yang membelah Dusun Nambangan-Ngepos, Desa Nambangan dan Dusun Nguter, Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Meski jalur alternatif tetapi lalu lintas di jalan itu selalu ramai sebelum proyek dikerjakan.
Menurut Bupati, bukan perkara kontraktor bersedia menyelesaikan pekerjaan dan menanggung sanksi. Dia menyebut keterlambatan penyelesaian proyek merugikan masyarakat secara ekonomi dan sosial.
Warga Desa Nambangan dan sekitarnya harus melalui jalan raya Solo-Wonogiri yang jarak tempuhnya lebih jauh selama proyek dikerjakan sejak setahun lalu. Usaha mikro dan kecil yang dijalankan warga sekitar lokasi proyek pun menjadi sepi pembeli. Bahkan, tak sedikit tempat usaha yang tutup. Tidak ada pihak yang menanggung kerugian tersebut.
Baca Juga: Kompor Serabi Produksi Lulusan SMP di Karangdowo Klaten Ini Laris Manis
Terkait faktor alam yang membuat proyek terkendala, lelaki yang akrab disapa Jekek itu menilai hal tersebut bukan alasan keterlambatan penyelesaikan proyek bisa dimaklumi. Dia berpandangan keterlibatan dalam lelang proyek menunjukkan kontraktor sudah siap menghadapi segala situasi di lapangan. Kontraktor mestinya sudah memetakan potensi kendala dan solusi mengatasi masalah sebelum mengerjakan proyek.
“Berani ikut lelang kan berarti penyedia jasa sudah siap menghadapi segala kondisi di lapangan. Kalau soal faktor alam harusnya tidak bisa dijadikan alasan,” imbuh Bupati.
Baca Juga: Hii! Ular Weling 100 Cm Sembunyi di Rak Toko Modern di Klaten
Dia melanjutkan sebelum jembatan difungsikan pihaknya akan menggelar simulasi dan kajian teknis terlebih dahulu. Hal itu untuk menentukan jembatan akan dibuat satu atau dua arah. Dari kajian dan simulasi itu juga akan diketahui jalan dekat jembatan baik di sisi Kabupaten Wonogiri maupun Kabupaten Sukoharjo sudah memadai atau belum.
Terkait pendapat warga yang menilai jalan dekat jembatan di sisi Kabupaten Sukoharjo kurang lebar sehingga dikhawatirkan akan membuat arus lalu lintas padat, Bupati akan membicarakannya dengan Pemkab Sukoharjo jika berdasar kajian jalan itu perlu dilebarkan.
Sementara itu, koordinator lapangan proyek bersangkutan, Kasih, sebelumnya mengatakan kesediaan pihaknya menyelesaikan proyek dan menanggung sanksi denda adalah bentuk pertanggungjawaban. Proyek tak bisa rampung tepat waktu karena faktor alam yang tak terhindarkan.
Baca Juga: Vaksinasi di Pandean Boyolali Ditarget Selesai Oktober
Sejak awal pekerjaan elevasi Sungai Bengawan Solo sering naik drastis karena hujan. Terlebih saat itu pintu utama atau spillway Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri dibuka beberapa kali. Kontraktor sudah mengantisipasi dengan memasang dinding baja untuk menghalau air sungai agar tak masuk area yang dikerjakan.
Namun, derasnya air membuat dinding baja roboh sehingga air memenuhi area proyek bagian bawah. “Tiga setengah bulan kami tak bisa bekerja maksimal ketika itu. Kalau tidak ada kendala itu pekerjaan bisa rampung tepat waktu,” ulas Kasih.