by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Minggu, 2 Agustus 2015 - 15:15 WIB
Esposin, SOLO -- Gedung Perpustakaan Daerah (Perpusda) Solo segera melengkapi fasilitasnya dengan menara atau gardu pandang pada 2016. Adanya fasilitas ini semakin meneguhkan konsep futuristik bangunan yang memiliki tiga lantai tersebut.
Informasi yang dihimpun Esposin, gardu pandang akan dibangun dari lantai tiga Gedung Perpusda Solo dengan ketinggian 6 sampai 8 meter. Dengan demikian, warga bisa melihat pemandangan Solo dari gardu pandang dengan ketinggian 24-26 meter (bangunan utama Perpusda setinggi 18 meter).
Gardu pandang itu akan dilengkapi lift dan tangga sebagai akses penunjang. “Kapasitasnya sekitar lima sampai tujuh orang. Kami yakin gardu pandang akan menjadi daya tarik tersendiri,” ujar Arif Mutaqin, Kasi Pelayanan Perpustakaan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Solo, saat ditemui Esposin di ruang kerjanya belum lama ini.
Arif mengatakan proyek gardu pandang tak sekadar untuk wisata atau menunjang seni bangunan futuristik. Ia menyebut ada nilai tersirat berupa visi ke depan membangun Solo. Arif mengumpakan pengunjung gardu pandang sebagai peneropong masa depan kota. “Warga bisa melihat kotanya tanpa sekat ruang,” ucapnya.
Arif berharap pembangunan gardu pandang secara tidak langsung dapat mengungkit minat baca warga khususnya anak-anak. Dengan adanya gardu pandang, ia yakin akan semakin banyak generasi muda yang datang ke Perpusda Solo. “Kalau sudah ke sini harapannya mereka juga membaca buku-buku koleksi,” tutur dia.
Menurut Arif, proyek tersebut akan sepaket dengan pembangunan lantai tiga pada tahun depan. Sejauh ini pembangunan Perpusda baru terealisasi Rp4,7 miliar untuk lantai satu dan lantai dua. “Nanti lantai tiga juga akan dilengkapi ruang seminar dan teater mini. Kebutuhan dana mungkin sekitar Rp2 miliar hingga Rp10 miliar.”
Kepala Arpusda, Sis Ismiyati, mengestimasi kekurangan dana pembangunan Perpusda sekitar Rp6,5 miliar. Estimasi tersebut mencakup pembangunan lantai tiga dan beberapa kekurangan di lantai satu dan dua seperti penambahan partisi dan kanopi.
“Hitungan itu berdasar DED [detail engineering design] awal, belum memertimbangkan fluktuasi harga setahun terakhir. Jadi masih mungkin berubah,” ujarnya.
Pihaknya berkomitmen segera menyelesaikan pembangunan Perpusda pada 2016. Menurut Ismi, bangunan yang kini berada di Srambatan Banjarsari (bekas kantor Disdikpora) ini sangat potensial dikembangkan jika sudah berfasilitas optimal. Letaknya yang strategis juga menjadi keuntungan lain dalam menunjang budaya literasi (membaca). “Setelah bangunan jadi, kami targetkan pengunjung meningkat 100%,” katanya.