Langganan

Protes Monopoli Harga Tembakau, Ratusan Petani Boyolali Geruduk Tengkulak - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Nimatul Faizah  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 20 Agustus 2024 - 17:00 WIB

ESPOS.ID - Petani tembakau dari beberapa desa di Cepogo mendatangi di Balai Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali saat mediasi dengan tengkulak lokal yang dianggap memonopoli harga, Selasa (20/8/2024). (Istimewa)

Esposin, BOYOLALI -- Ratusan petani dari tiga desa yakni Wonodoyo, Gedangan, dan Jombong, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, menggeruduk pengurus paguyuban tengkulak yang diundang mediasi ke Balai Desa Gedangan, Selasa (20/8/2024).

Para petani itu memprotes monopoli harga tembakau oleh tengkulak tersebut. Mereka menuntut agar paguyuban tengkulak dari warga lokal itu dibubarkan karena telah memonopoli harga tembakau paling tidak di tiga desa tersebut.

Advertisement

Mediasi awalnya dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dan hanya mengundang perwakilan petani, paguyuban tengkulak, dan aparat terkait. Namun, para petani lain berbondong-bondong datang menggeruduk ke Balai Desa Gedangan.

Sekitar pukul 14.00 WIB, massa akhirnya bubar setelah tujuh pengurus paguyuban tengkulak lokal menandatangani kesepakatan. Para tengkulak lokal tersebut diantar ke rumah masing-masing oleh aparat kepolisian.

Salah satu petani asal Desa Wonodoyo, Supanto, mengatakan biasanya ada tengkulak tembakau dari luar daerah seperti Wonosobo, Temanggung, dan sebagainya.

Advertisement

Supanto mengatakan sejak dulu tengkulak luar kota bisa masuk. Terlebih, petani menganggap harga dan timbangan dari tengkulak luar daerah lebih baik.

“Nah, akhir-akhir ini tengkulak lokal sini membuat paguyuban. Intinya pembelian dari luar itu ditolak, tengkulak luar dilarang membeli langsung ke petani, belinya disuruh ke tengkulak lokal itu,” kata dia kepada Esposin seusai pertemuan.

Harga Tak Bisa Bersaing

Para petani menganggap hal tersebut sebagai upaya monopoli harga karena tengkulak luar tidak diperbolehkan membeli langsung ke petani akan tetapi lewat tengkulak lokal.

Advertisement

Di kalangan petani juga beredar rekaman suara diduga anggota paguyuban tengkulak yang meminta, bahkan mengintimidasi, tengkulak luar daerah untuk tidak membeli tembakau langsung ke petani. Keresahan petani tembakau akhirnya tak terbendung akibat voice note tersebut.

“Akhirnya Kades Gedangan bersama teman-teman petani berinisiatif memediasi antara organisasi dan petani dan diberitahu bahwa petani tidak terima,” kata dia.

Kerugian yang diderita petani akibat adanya monopoli tengkulak lokal yaitu harga tembakau di tingkat petani tidak bisa bersaing. Ia mengatakan ketika tengkulak luar tidak datang, penawar harga tembakau di petani sepi dan harga menjadi rendah karena pembeli hanya tengkulak lokal. Sehingga harga tembakau mereka tidak bisa naik.

Lalu, hal lain yang membuat resah petani yaitu tata cara pembelian seperti potongan harga dan permainan timbangan. Ia mengungkapkan sejak ada paguyuban tengkulak lokal, pembeli dari luar kota sama sekali tidak datang.

Advertisement

Sementara itu, petani lain asal Desa Gedangan, Harto Sumarno, mengatakan ketika pembeli dari luar kota, maka yang rugi petani. Ia menjelaskan paguyuban tengkulak lokal tersebut baru terbentuk belum lama ini.

“Ketika tidak ada saingan bakul, yang rugi petani. Semisal pembeli A menawar harga tertentu, kami belum boleh. Nanti datang lagi pembeli B, nawar lagi dengan harga tinggi. Misal belum bisa lagi, nanti ada penawar C, dan seterusnya. Jadi harga bersaing. Kalau ini dimonopoli bakul lokal, harga tembakau di petani murah, enggak dapat untung,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali, Nanang Teguh Sambodo, yang juga turut memediasi para petani dan tengkulak, mengatakan para petani tembakau menginginkan harga bebas. Artinya, seluruh pembeli dipersilakan masuk ke Boyolali.

Advertisement

Paguyuban Dibubarkan

“Namun, ada beberapa oknum pedagang mengatasnamakan paguyuban membuat semacam larangan jangan sampai ada pedagang luar masuk. Nah, ini kawan-kawan petani tembakau ini merasa kalau tidak ada pembeli dari luar, tidak ada kompetisi harga. Padahal, ini adalah saat panen tembakau,” kata dia.

Ia mengatakan konflik antara petani dan tengkulak tersebut bisa diredam oleh beberapa kades yang hadir, perangkat desa, anggota Polsek Cepogo, dan Koramil Cepogo. Akhirnya, massa yang awalnya sulit dikendalikan akhirnya bisa terkendali.

Nanang mengatakan pengurus paguyuban tengkulak akhirnya menyatakan bersalah dan tidak akan mengulangi perbuatan mereka. Bahkan, paguyuban tengkulak akhirnya dibubarkan. Diketahui, tujuh pengurus paguyuban tengkulak berasal dari Cepogo dan Selo.

“Mereka juga akan mengajak pembeli dari luar daerah agar ikut membantu memasarkan tembakau Boyolali. Ini adalah mata pencaharian petani tembakau,” kata dia.

Nanang mengatakan berdasarkan keterangan tengkulak, mereka baru wacana akan membuat paguyuban. Namun, memang sudah menjalankan aktivitas jual-beli. Selain itu, diketahui paguyuban tersebut belum memiliki legalitas.

Ia mengatakan paguyuban tengkulak tersebut sementara terpantau hanya di Desa Gedangan dan Desa Wonodoyo. Soal apakah sudah bergerak ke Selo atau kecamatan lain, Nanang mengungkap belum memantau pergerakan mereka.

Advertisement

“Harapannya dengan kejadian hari ini, semua bisa baik-baik saja. Kan sama-sama orang Boyolali, bagaimana pun caranya agar tembakau Boyolali bisa eksis. Kawan-kawan baik tengkulak dan petani bisa merasakan keuntungan,” kata dia.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif