by Kurniawan - Espos.id Solopos - Selasa, 6 Desember 2022 - 21:43 WIB
Esposin, SOLO -- Ketika pandemi Covid-19 mulai bisa diatasi masyarakat dunia, sejumlah negara justru dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi pada 2023 mendatang. Lima hal disebut bakal menjadi pemicu terjadinya resesi ekonomi tersebut.
Demikian disampaikan Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, saat berbicara pada acara Talkshow Economy Outlook 2023 dengan tema Prospek Ekonomi di Tengah Harap-Harap Cemas Politik, Selasa (6/12/2022).
Acara yang digelar oleh Solopos Media Group (SMG) dan didukung Epson serta PLN itu disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube Espos Live. Ada lima pembicara pada talkshow yang dipandu Direktur Konten dan Bisnis Solopos Media Group, Suwarmin, tersebut.
Selain Ferry Irawan, ada pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Juan Pertama Adoe, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta.
Selain Ferry Irawan, ada pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Juan Pertama Adoe, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta.
Selain itu acara ini juga menghadirkan Executive Vice President Perencanaan Strategis Korporat PLN, Harlen. Ferry Irawan dalam pemaparannya menyampaikan ada lima masalah yang menyebabkan ancaman resesi ekonomi di 2023.
Baca Juga: Pengamat: Indonesia Layak Optimistis di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi 2023
Selain itu konflik antara Amerika Serikat (AS) dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), konflik G7 dengan BRICS, dan konflik AS dengan OPEC. Masalah lain adalah peningkatan inflasi dunia seperti di negara Argentina, Turki, Rusia, Italia, serta Jerman.
Baca Juga: 3 Prasyarat Jokowi Bisa Jadi King Maker pada Pemilu 2024
Masalah lainnya yaitu risiko stagflasi atau perlambatan pemulihan ekonomi global diiringi dengan inflasi tinggi. Terkait stagflasi bisa dilihat dari hampir semua lembaga keuangan internasional yang memproyeksikan pelambatan pada 2023.
“Ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari apa yang terjadi di kancah global. Ada lima risiko yang kami monitor, mulai dari tensi geopolitik, inflasi dunia, krisis multisektor, kenaikan suku bunga global, maupun risiko stagflasi global,” terang dia.
Ihwal kesiapan Indonesia menghadapi ancaman resesi global pada 2023, Ferry mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif. Seperti pada Triwulan III 2022 di mana pertumbuhan ekonomi 5,72 persen year on year (yoy).
Baca Juga: Apindo: Pemerintah Tidur Saja Pertumbuhan Ekonomi Bisa 5 Persen
Begitu juga konsumsi rumah tangga tumbuh solid di angka 5,39 persen didukung kinerja PMTB 4,96 persen. Transportasi pergudangan tumbuh 25,81 persen, dan akomodasi makanan minuman 17,83 persen seiring pulihnya mobilitas masyarakat.
“Pada November 2022 terjadi inflasi 0,09 persen [mtm], 4,82 persen [ytd], dan 5,42 persen [yoy]. Inflasi November terutama didorong inflasi komponen inti tercatat 0,15 persen [mtm] atau secara tahunan tercatat 3,3 persen [yoy],” urai dia.