Esposin, KARANGANYAR-Monumen Jaten yang terletak di Jalan Raya Solo-Tawangmangu tepatnya di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyimpan jejak sejarah istri Presiden kedua Soeharto, Siti Hartinah atau dikenal Tien Soeharto.
Kisah Tien Soeharto ini tertuang dalam prasasti pada batu besar yang letakkan di bagian halaman depan Monumen Jaten. Batu tersebut menjadi penanda bagi masyarakat akan kisah sang ibu negara.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Tertera di prasasti sebuah tulisan, "Di sini Pernah Berdiri Rumah Kepala Desa Atas Karunia Yang Maha Kuasa Lahirlah Kedunia Fana R. Aj. Siti Hartinah Rabu Kliwon Dua Puluh Tiga Agustus Seribu Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga Putri Kedua RM. Ng. Soemoharjomo Panewu Jaten Soerakarta Kini Siti Hartinah Soeharto Nama Nan Abadi Takdir Ilahi Jua Menjadi Ibu Utama Indonesia Istri Presiden RI Karanganyar, Jaten 1 Maret 1992". Namun keberadaan prasasti itu tak luput dari coretan aksi vandalisme oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Pengelola Monumen Jaten yang juga pengurus Masjid Fatimah, Alfandi Sutoyo, mengatakan Monumen Jaten Karanganyar tidak lepas dari kisah Ibu Tien Soeharto yang dilahirkan di sana. Sehingga Monumen ini juga dikenal masyarakat sebagai Monumen Ibu Tien. Monumen Jaten yang diresmikan tahun 1992 oleh Presiden Soeharto dulunya adalah rumah atau tempat tinggal dari Ibu Tien Soeharto.
Kental nuansa bangunan bergaya khas Jawa dengan material kayu jati penuh ukiran saat memasuki Monumen Jaten. Terdapat sebuah pendapa di bagian tengah.
"Soko tiang pendapa berjumlah ganjil, 23 sesuai tanggal lahir Ibu Tien Soeharto," kata dia ketika berbincang dengan Esposin, Jumat (6/9/2024).
Saat ini, dia mengatakan pendapa di Monumen Jaten dikomersialkan untuk berbagai kegiatan kemasyarakatan. Seperti untuk lokasi pesta pernikahan dan kegiatan lainnya. Di bagian barat dari pendapa itu terdapat sumur tua berumur lebih dari 100 tahun. Konon ceritanya, sumber air yang diberi nama Sumur Fatimah tersebut merupakan sumber air satu-satunya bagi keluarga Ibu Tien. Bahkan air sumur tersebut digunakan untuk mencuci ari-ari saat kelahiran Ibu Tien. Sampai sekarang kondisi sumur masih terawat dengan baik. Airnya pun masih sering dimanfaatkan baik oleh pengelola monumen, warga setempat maupun penyewa pendapa monumen.
Di area Monumen Jaten juga terdapat Masjid Fatimah. Dia mengelola dan menjadi imam di masjid tersebut sejak pertama dibangun tahun 1992. Selain itu terdapat kantor pengelola monumen dan ruang perpustakaan. Tidak hanya buku-buku, di perpustakaan tersebut juga tersedia banyak foto perjalanan hidup Presiden Soeharto.
"Sejak 2002 keluarga Soeharto menyerahkan kepemilikan atas bangunan dan lahan monumen kepada Begug Poernomosidi, mantan Bupati Wonogiri. Kurang tahu persis alasannya apa," katanya.
Dia mengatakan Monumen Jaten menjadi salah satu tempat kenangan bagi keluarga Soeharto. Masyarakat bisa menggunakan masjid dan pendapa di Monumen Jaten. "Anak-anak muda kan banyak yang tidak tahu, Monumen Jaten. Karena itu diberi prasasti agar masyarakat mengetahui lebih bahwa di sini tempat lahir Ibu Tien Soeharto," katanya.
Warga Jaten, Walidi, mengatakan masyarakat setempat masih memanfaatkan air sumur Fatimah untuk kegiatan. Bahkan masih banyak yang mempercayai air sumur Fatimah memiliki banyak khasiat.
"Masih banyak juga yang datang untuk ambil air sumur. Ada yang percaya untuk kesembuhan dan lainnya," kata dia.
Sebagai warga, dia berharap Monumen Jaten Karanganyar lebih mendapat perhatian. Sebab kondisinya kurang diperhatikan. Seperti warna cat yang memudar, menjadi sasaran vandalisme dan masalah keamanan yang beberapa kali kotak infaq masjid dibobol maling.