by Aris Munandar - Espos.id Solopos - Sabtu, 14 November 2020 - 01:40 WIB
Esposin, WONOGIRI — Pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online anak dengan HIV/AIDS alias ADHA di Wonogiri terkendal lemahnya sinyal Internet di Wonogiri. Anak-anak yang tergolong ADHA itu pun terkendala dalam belajar selama pandemi Covid-19.
Lemahnya sinyal di daerah atau tempat tinggal ADHA lemah atau masuk dalam kategori daerah blankspot. Hal itu disampaikan oleh Ketua Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Wonogiri, Achmad Sulistijo, kepada Esposin, Senin (9/11).
Ia mengatakan, di Wonogiri terdapat 10 anak yang mengidap HIV. Sedangkan yang sudah sekolah sebanyak lima orang, mulai dari teman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), dan mulai masuk sekolah menengah pertama (SMP).
5 Simbol Ini Kata Fengsui Bikin Rumah Penuh Rezeki
5 Simbol Ini Kata Fengsui Bikin Rumah Penuh Rezeki
Di Wonogiri, semua ADHA tinggal dan mengikuti PJJ di rumah masing-masing selama pandemi Covid-19. Karena di Wonogiri belum ada fasilitas selter untuk ADHA.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan KDS Wonogiri, kelima anak tersebut didampingi orang tua atau wali saat melakukan PJJ. Fasilitas yang digunakan, seperti handphone sudah terpenuhi.
Peluang Bisnis: Ternak Ayam Bisa Dibantu Teknologi
Selama ini, menurut dia, sudah tidak ditemukan kasus diskriminasi atau penolakan terhadap ADHA untuk masuk sekolah. Guru maupun murid sudah memahami dan tidak menstigma orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan anggapan khusus. ODHA di Wonogiri belajar di sekolah umum atau negeri, layaknya anak pada umumnya.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu orang tua ADHA di Wonogiri, yang berinisial T, kepada Esposin, Senin. Selama PJJ, anak perempuannya yang saat ini duduk di kelas tujuh SMP tidak mengalami kendala terkait kelengkapan fasilitas.
Peluang Bisnis Air Minum Isi Ulang Menyegarkan
"Alhamdulillah selama ini lancar. Ya paling terkait paket Internet atau sinyal. Kalau mendadak habis langsung kami belikan," kata dia.
Selama putrinya belajar di sekolah negeri, ia mengaku belum pernah mendapatkan perlakuan penolakan atau diskriminasi terhadap anaknya. "Selama PJJ, anak kami diberi tugas melalui grup Whatsapp. Seperti anak pada umumnya, anak kami langsung mengerjakan. Ketika ada kesulitan kami bimbing. Saat sebelum pandemi, anak kami belajar layaknya anak pada umumnya," kata dia.
Selama pandemi Covid-19, ia mengambil obat ke rumah sakit atau puskesma setiap dua bulan sekali untuk anaknya yang ADHA. "Tidak ada kesulitan selama pandemi ini. Kami juga mendapat jatah vitamin rutin," kata dia.
KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos