by Mahardini Nur Afifah Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Selasa, 8 Desember 2015 - 20:57 WIB
Esposin, SOLO--Pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Didik G. Suharto memproyeksikan petahana belum tentu unggul dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada) 2015, Rabu (9/12/2015). Dia menyebut dinamika kampanye sejak 27 Agustus hingga 5 Desember lalu membuat perolehan suara kemenangan mutlak telah bergeser.
“Kemenangan pilkada ditentukan banyak faktor. Karakteristik masyarakat perkotaan seperti Solo, salah satu penentu kemenangan ditentukan figur. Persentase dorongan memilih dengan pertimbangan figur bisa lebih dari 50%,” katanya saat dihubungi Esposin, Selasa (8/12/2015) sore.
Didik menjelaskan pasangan F.X. Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo sebagai petahana mulanya diuntungkan dengan popularitas. Dia juga mengamati pasangan Anung Indro Susanto-M.Fajri gencar mengejar ketertinggalan popularitas.
“Rentang waktu kampanye yang panjang dimanfaatkan Anung-Fajri untuk meningkatkan popularitas. Sementara Rudy-Purnomo saya lihat lebih stabil popularitasnya sehingga pangsa pasarnya sudah mentok,” jelasnya.
Didik mengamati pasangan Anung-Fajri yang diusung Koalisi Solo Bersama juga jeli mengolah isu-isu strategis capaian rival dari petahana selama masa kampanye. “Salah satu kelemahan petahana, capaian mereka gampang dinilai publik. Ini bisa jadi alat delegitimasi rival,” paparnya.
Disinggung soal mesin kepartaian, Didik mengamati perolehan suara pilkada dari kepartaian tidak dominan.
“Partai politik memang punya pengaruh, tapi tidak sebesar pemilu legislatif. Realitasnya beda. Penentu kemenangannya juga ditentukan usaha jaringan dan figur,” terangnya.
Terkait tingkat partisipasi, Didik mencermati tren partisipasi masyarakat dalam pilkada biasanya tinggi. Menurutnya target 77,5% dari KPU pusat sudah realistis. “Pilkada cukup kental nuansa lokalistik. Pemilih lebih gampang diajak berpartisipasi. Secara logika, mereka punya faktor kedekatan dengan calon kepala daerah,” kata dia.