by Akhmad Ludiyanto - Espos.id Solopos - Jumat, 24 September 2021 - 18:59 WIB
Esposin, SOLO -- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Soloraya menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah daerah/pusat menyelesaikan berbagai persoalan pertanian, Jumat (24/9/2021).
Aksi dalam rangka Hari Tani itu berlangsung di kawasan simpang Ngarsopuro, Solo. Mereka menilai persoalan-persoalan pertanian seperti impor hasil pertanian tidak berpihak kepada petani lokal.
Kesejahteraan petani masih dipertanyakan, dampak kesewenang-wenangan pemerintah yang mengikis lahan dan perkebunan petani, serta stabilitas harga juga masih rendah.
Baca Juga: Psywar ke AHHA PS Pati Berlanjut, Gibran: Sponsor Persis Solo Lebih Banyak sampai Jersey-ne Kebak
Oleh sebab itu, melalui aksi unjuk rasa itu mahasiswa yang tergabung dalam BEM Soloraya menyatakan sikap antara lain menuntut Pemerintah Kabupaten Sukoharjo segera menyelesaikan konflik di PT RUM dan berpihak kepada masyarakat yang terdampak.
Menuntut Gubernur Jawa Tengah segera menyelesaikan konflik di Wadas, Purworejo, serta lebih mengakomodasi suara dari masyarakat yang terdampak dan mengecam keras tindakan represivitas aparat kepolisian.
Berikutnya, pemerintah harus menyelesaikan permasalahan pertanian dari hulu ke hilir sesuai janji-janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk pertanian Indonesia. Pemerintah harus memastikan pemerataan kebijakan pertanian dan transparansi kebijakan pertanian Indonesia.
Baca Juga: Pengumuman PPPK Ditunda, Guru Honorer di Solo Pasrah
Selain itu, pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia sesuai UU No 19/2013. Pemerintah harus tegas menyelesaikan masalah konflik agraria, alih fungsi lahan, pemerataan subsidi pupuk, stabilitas harga.
"Kemudian permasalahan impor dan ekspor hasil tani dan permasalahan sektor pertanian dan selalu menjaga demokrasi dan amanat reformasi untuk selalu diperjuangkan,” ujar Widi Adi Nugroho, Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) seusai aksi.
Aksi unjuk rasa itu diwarnai orasi dan pembentangan spanduk berisi pesan-pesan berkaitan dengan nasib petani.