by Redaksi - Espos.id Solopos - Kamis, 1 Oktober 2009 - 16:40 WIB
Boyolali (Espos)--Penolakan kalangan petani atas rencana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengambil air baku dari Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak semakin menguat.
Petani yang terhimpun dalam Gabungan Petani Pemakai dan Pengelola Air (GP3A) Tri Mandiri Sejahtera Daerah Irigasi Cengklik, Kecamatan Ngemplak, bahkan telah membentuk Tim Penyelamat Fungsi Waduk Cengklik dan Jaringan Irigasi.
Tim yang dibentuk pada 16 September itu beranggotakan tujuh orang dari unsur petani, pemerintah desa, tokoh masyarakat dan agama. Tim beranggotakan tujuh orang tersebut diamanahi dan dipercaya dapat mempertahankan air waduk agar tidak dikomersilkan.
Ketua GP3A Tri Mandiri Sejahtera, Samidi, mengatakan tim akan berupaya maksimal mempertahankan air waduk hanya untuk keperluan pertanian.
“Kami akan berjuang habis-habisan mempertahankan air waduk agar tidak dikomersilkan,” ucapnya, Kamis (1/10).
Penolakan kalangan petani bukan tanpa alasan, saat ini kondisi pertanian yang mengandalkan pasokan air dari Waduk Cengklik berada taraf mengkhawatirkan. Sekitar 800 hektare lahan pertanian yang tersebar di Kecamatan Ngemplak, Sambi dan Nogosari tidak lagi mendapatkan kucuran air dalam 10 tahun terakhir.
Penyebab utama, volume air yang tertampung di waduk buatan Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1928 itu semakin menyusut dari tahun ke tahun, karena terjadi sedimentasi akut.
Penyebab lain, sebagian besar saluran irigasi sudah tidak berfungsi karena mengalami kerusakan. “Lha jika PDAM ambil air dari waduk, nasib petani bertambah bubrah,” tandasnya.
Samidi menegaskan, tim beranggotakan tujuh orang akan berupaya maksimal mempertahankan air waduk hanya untuk pertanian. Menurut rencana, selain akan berkoordinasi dengan PSDA, tim juga akan melangkah hingga tingkat provinsi bila diperlukan sampai pusat. dwa