by Luthfi Shobri Marzuqi - Espos.id Solopos - Selasa, 24 Mei 2022 - 18:01 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Sejumlah peternak hewan di Wonogiri merasa keberatan dengan kebijakan penutupan seluruh pasar hewan di wilayah setempat selama 14 hari terhitung, Selasa (24/5/2022). Penutupan itu dinilai sangat merugikan para peternak.
Salah seorang peternak sekaligus pedagang sapi asal Pracimantoro, Warsidi “Kotir", mengaku harus memutar otak selama dua pekan mendatang. Selama ini, dirinya mencari nafkah dengan cara menjadi seorang peternak hewan.
Temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pasar Hewan Pracimantoro, Senin (23/5/2022) bukan berasal dari Wonogiri. Sebanyak 13 sapi yang terinfeksi PMK berasal dari luar daerah Wonogiri.
“Peternak dirugikan karena sapi lokal tidak ada yang terkena. Sapi dari Boyolali yang terkena PMK, itu dulunya dibeli dari Jawa Timur (Jatim). Tapi imbasnya sampai menutup semua pasar hewan di Wonogiri,” katanya saat dihubungi Esposin, Selasa (24/5/2022).
“Peternak dirugikan karena sapi lokal tidak ada yang terkena. Sapi dari Boyolali yang terkena PMK, itu dulunya dibeli dari Jawa Timur (Jatim). Tapi imbasnya sampai menutup semua pasar hewan di Wonogiri,” katanya saat dihubungi Esposin, Selasa (24/5/2022).
Warsidi kini masih memiliki lima sapi dan empat kambing. Warsidi sempat membawa seluruh hewan ternaknya di Pasar Hewan Pracimantoro bersamaan petugas Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri menemukan kasus PMK di pasar setempat, Senin (23/5/2022). Dari 356 ekor sapi diperiksa, termasuk hewan ternak milik Warsidi.
Baca Juga: 13 Sapi Terinfeksi PMK, Pasar Hewan di Wonogiri Ini Ditutup Sementara
Merebaknya PMK pada hewan ternak baru-baru ini mengakibatkan harga sapi mulai turun. Penurunan harga sapi senilai Rp1 juta-Rp1,5 juta per ekor.
"Turun sejak dua hari pasaran Wage di waktu sebelumnya," katanya.
Peternak kambing asal Wuryantoro, Ali Muhadi, mengatakan dirinya juga sering berbisnis hewan sapi. Penurunan harga sapi dibarengi minat warga yang enggan bertransaksi di pasar.
Baca Juga: Temukan Kasus PMK, Masyarakat Wonogiri Bisa Melapor ke Polisi
“Sapi potong sudah sulit penjualannya. Bahkan bisa dikatakan tidak ada penawaran. Kadang-kadang, ke pasar hanya jalan-jalan. Padahal biasanya, satu sapi itu bisa ditawar 10 orang. Saat ini tak ada satu pun penawar,” kata Ali.
Sepinya penawaran di pasaran menjadikan harga sapi anjlok. Harga sapi menjelang momen Iduladha biasanya stabil senilai Rp20 juta per ekor. Minimnya pembeli mengakibatkan harga sapi di pasaran bisa turun menjadi Rp18 juta per ekor.
“Harapannya, penyakit PMK tidak menyebar. Selain itu, semoga penutupan pasar enggak diperpanjang. Cukup 14 hari saja,” imbuh Ali.
Baca Juga: Bawa Sapi Bergejala PMK di Wonogiri, Peternak akan di-Blacklist
"Menjelang Iduladha ini banyak pembeli yang langsung menengok ke kandang peternak setelah posting [di medsos]," katanya.
Kepala Dislapernak Wonogiri, Sutardi, mengatakan telah menurunkan petugas ke lapangan guna mengecek kesehatan hewan ternak yang dimiliki warga di 25 kecamatan di Wonogiri, Selasa (24/5/2022).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong di Wonogiri menempati peringkat ketiga terbanyak se-Jawa Tengah (Jateng). Jumlah populasi sapi potong di Wonogiri mencapai 170.365 ekor di tahun 2021 (di bawah Blora dan Grobogan).
Baca Juga: Pemkab Wonogiri Pantau Pasar Hewan untuk Cegah PMK, Ini Lokasinya?
Sebelumnya, peternak dari tiga daerah membawa sapi ternak bergejala PMK. Masing-masing dari Boyolali (delapan ekor), Donorojo/Pacitan (satu ekor), dan Magetan (empat ekor). Belasan kasus sapi bergejala PMK itu dibuktikan dengan keberadaan luka di area mulut dan sekitarnya.
“Kebijakan penutupan itu menjadi kewenangan daerah [Pemkab Wonogiri] agar jangan sampai terjadi endemi apalagi sampai pandemi. Kami mengambil langkah-langkah tegas karena kemarin sudah saya sampaikan juga ke peternak kalau ada pedagang yang membawa sapi bergejala PMK maka pasarnya akan ditutup,” kata Joko Sutopo, kepada wartawan, Senin (23/5/2022).