by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Jumat, 19 Juli 2024 - 16:08 WIB
Esposin, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan di 14 kecamatan pada musim kemarau 2024. Hal ini karena bencana kekeringan masih menjadi ancaman bagi sebagian penduduk di Kabupaten Wonogiri saat musim kemarau.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan berdasarkan rekomendasi hasil rapat berbagai pihak terkait, 14 kecamatan ditetapkan sebagai daerah status siaga bencana kekeringan.
Daerah itu meliputi Eromoko, Manyaran, Giritontro, Giriwoyo, Nguntoronadi, Pracimantoro, Paranggupito, Tirtomoyo, Baturetno, Wuryantoro, Jatiroto, Karangtengah, Wonogiri, dan Selogiri. Penetapan status siaga kekeringan di belasan wilayah itu berdasarkan pemetaan daerah yang mengalami kekeringan pada kemarau 2023 lalu.
Menurut Trias, meski ditetapkan sebagai wilayah siaga kekeringan, tidak berarti semua desa atau penduduk di kecamatan itu terdampak kekeringan. Dalam satu kecamatan biasanya hanya ada beberapa dusun atau desa yang darurat kekeringan.
Menurut Trias, meski ditetapkan sebagai wilayah siaga kekeringan, tidak berarti semua desa atau penduduk di kecamatan itu terdampak kekeringan. Dalam satu kecamatan biasanya hanya ada beberapa dusun atau desa yang darurat kekeringan.
Di samping itu, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau 2024 ini akan berlangsung sekitar lima bulan. Puncak kemarau terjadi pada Juli-September 2024. Hal ini berarti musim kemarau tidak terlalu panjang seperti pada 2023 yang terdampak El Nino.
“Kami berharap tingkat kekeringan di Wonogiri tidak akan separah tahun lalu. Semestinya begitu,” ujar Trias saat dihubungi Esposin, Jumat (19/7/2024).
Warga secara mandiri membeli air tangki untuk kebutuhan harian. Ada pula bantuan air tangki dari pemerintah, instansi nonpemerintah, dan kelompok masyarakat. Menurutnya, penanganan air bersih dengan air tangki hanya solusi jangka pendek.
Pemkab Wonogiri sudah dan sedang berupaya menangani kekeringan ini dengan pemasangan pipa dari PDAM dan porgram layanan air bersih dari Dinas Pekerjaaan Umum (DPU) Wonogiri sebagai solusi jangka panjang.
Data BPBD Wonogiri, pada 2023 lalu ada 27.751 penduduk di 163 dusun di 12 kecamatan yang terdampak kekeringan. Padahal biasanya hanya beberapa desa di tujuh kecamatan yang terdampak kekeringan.
Sebelumnya, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan berdasarkan pemetaan, masih ada sejumlah desa di lima kecamatan yang belum terlayani jaringan air bersih secara permanen. Pemkab Wonogiri berupaya menangani kekurangan air bersih di wilayah tersebut.
Lima kecamatan itu meliputi Giriwoyo, Giritontro, Manyaran, Eromoko, dan Nguntoronadi. ”Kami mengambil langkah khusus. Penanganan ini tidak hanya diserahkan ke kami [Pemkab Wonogiri]. Tetapi juga berkolaborasi dengan tokoh desa. Mungkin mereka tahu ada sumber air. Hanya belum terintervensi kebijakan Pemkab,” kata Jekek, sapaan akrabnya, kepada Esposin, baru-baru ini.
Menurut Jekek, anggaran Pemkab Wonogiri sebenarnya mumpuni untuk menangani persoalan kekeringan air bersih di sejumlah dusun di lima kecamatan itu. Persoalannya, dari sejumlah desa itu belum ada sumber air yang ditemukan. Di wilayah tersebut ada cekungan air tanah yang sangat dalam dan tanahnya berongga.
“Kalau bahan bakunya ada, kami jamin bisa tertangani. Misalnya tadi ada warga yang bilang sudah ada sumber tetapi belum ada pipa sepanjang 2,5 km untuk sampai ke rumah. Kami bisa sediakan pipa itu, kami mampu, anggarannya ada,” ujarnya.
Camat Giriwoyo, Fuad Wahyu Pratama, mengatakan hampir di setiap desa di Giriwoyo ada dusun yang kerap terdampak kekeringan saat kemarau. Di daerah-daerah itu, memang masih sulit ditemukan sumber air. “Hampir semua desa di beberapa dusun itu rentan kekeringan. Sekarang ini sudah mulai karena memasuki kemarau,” ucapnya.