by Ika Yuniati Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Rabu, 21 Agustus 2013 - 10:48 WIB
Esposin, SRAGEN -- Musim kemarau yang terjadi beberapa bulan terakhir mengakibatkan petani semangka di Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen merugi. Pasalnya, banyak tanaman tak menghasilkan buah maksimal.
Salah satu petani sekaligus pedagang semangka di Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Sragen, Kuwel Aris, Selasa (20/8/2013), mengatakan hasil panen semangka kali ini memang tak memuaskan. Kebanyakan ukuran buah kecil dan memiliki berat kurang dari satu kilogram. Padahal, normalnya, semangka hasil panen biasanya memiliki berat sekitar empat hingga enam kilogram.
Kuwel menjelaskan kegagalan hasil panen petani semangka ini dikarenakan cuaca yang kian panas. Musim kemarau ini membuat tanaman semangka tak bisa mendapatkan pasokan air secara teratur. Akibatnya, banyak tanaman semangka yang tak tumbuh sempurna dan berdampak pada ukuran buah.
Kerugian akibat gagal panen itu mencapai setengah dari biaya produksi. Sekali tanam untuk area seluas setengah hektare, petani bisa menghabiskan biaya sekitar Rp5-Rp6 juta. Sementara itu, saat dijual ke pedagang besar atau penebas, menurut Kuwel, semangka-semangka tersebut hanya dihargai sekitar Rp3 juta.
Padahal, saat cuaca normal, harga panen semangka bisa mencapai Rp5-Rp8 juta per seperempat hektar. Kuwel mengatakan gagal panen hanya terjadi pada pertengahan tahun seperti ini karena pasokan air yang sangat minim. Senada, petani Tanon lainnya, Wiji, mengatakan hasil panen kali ini memang terbilang gagal. Banyak semangka yang tak bisa dijual karena beratnya kurang. Padahal, usia semangka itu sudah lebih dari dua bulan.