by Rudi Hartono - Espos.id Solopos - Sabtu, 19 Februari 2022 - 16:04 WIB
Esposin, WONOGIRI — Pemandangan atau view Waduk Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, dinilai seperti view di tempat wisata Lake Brienz, sebuah danau di Swiss.
Waduk dengan luas genangan 209 hektare itu dipandang potensial dijadikan destinasi wisata unggulan setelah objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM). Bahkan, kedua waduk besar tersebut dinilai dapat dijadikan ciri khas daerah.
Bahasan mengenai Waduk Pidekso mengemuka dalam gelar wicara virtual bertema Mewujudkan Ambisi Wisata Air di Waduk Pidekso yang disiarkan langsung akun Youtube Solopos TV, Jumat (18/2/2022) pukul 19.00 WIB-20.30 WIB.
Acara yang dipandu Pemimpin Redaksi Solopos Media Group (SMG), Rini Yustiningsih, itu menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengambengan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo; Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Agus Rudyanto; Vice President Tourism Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Solo, Mirza Ananda; dan Praktisi pariwisata/Ketua Yayasan Pendidikan Widya Nusantara, Astrid Widayani.
Baca Juga: Jalan Relokasi Belum Jadi, Warga Seberangi Waduk Pidekso Wonogiri
Acara yang dipandu Pemimpin Redaksi Solopos Media Group (SMG), Rini Yustiningsih, itu menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengambengan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo; Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Agus Rudyanto; Vice President Tourism Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Solo, Mirza Ananda; dan Praktisi pariwisata/Ketua Yayasan Pendidikan Widya Nusantara, Astrid Widayani.
Baca Juga: Jalan Relokasi Belum Jadi, Warga Seberangi Waduk Pidekso Wonogiri
Mirza dan Astrid menyebut pemandangan Waduk Pidekso seperti Lake Brienz karena dikelilingi deret pegunungan. Keberadaan gugus pegunungan itu menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Astrid, Waduk Pidekso dapat dijadikan destinasi wisata yang mengutamakan pemandangan (lake view). Menurutnya, ada tiga skema pengembangan wisata yang dapat diterapkan, yakni manajemen secara general, pengembangan post Covid-19, dan optimalisasi digitalisasi pariwisata.Dalam konteks manajemen secara general, ada tiga hal yang harus dipegang, yakni sistem manajemen, maintenance atau pemeliharaan, dan man power atau sumber daya manusia (SDM). Faktor maintenance menjadi permasalahan tersendiri bagi tempat wisata di Indonesia.
Salah satu pengaturan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, seperti slow travel. Astrid memberi contoh penerapan pengaturan slow travel yakni para pengunjung tidak langsung dimasukkan ke area wisata dalam satu waktu. Masing-masing kelompok pengunjung dimasukkan ke area wisata secara bergiliran dengan jeda waktu tertentu. Hal itu untuk mengurangi kerumunan.
“Kemudian di era sekarang ini, otpmalisasi digitalisasi di sektor pariwisata penting sekali. Pengunjung Waduk Pidekso sudah memberi penilaian di Google Review dan Google Maps. Ada yang memberi nilai satu bintang. Ini sayang sekali. Padahal, Waduk Pidekso belum diluncurkan [belum dibuka untuk umum]. Mungkin ada informasi yang belum sampai kepada pengunjung. Penilaian dan komentar yang masuk bisa menjadi aset untuk pengembangan, karena itu aspirasi pengunjung,” ujar Astrid.
Baca Juga: Warga Dilarang Beraktivitas di Waduk Pidekso, Mancing Pun Tak Boleh
Informasi lain yang bisa dimasukkan dalam Google Search Engine Optimizer adalah deskripsi tentang objek wisata, fasilitas yang dimiliki, dan lainnya.
Mirza menyebut, Kabupaten Wonogiri memiliki modal, karena menjadi salah satu daerah yang dilintasi jalur lintas selatan (JLS) yang menghubungkan Jawa Barat-Jawa Timur-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah yang dilewati, yakni Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, dan Giriwoyo.
Baca Juga: Keren, Waduk Pidekso Wonogiri akan Dilengkapi Perahu hingga Jetski