by Bayu Jatmiko Adi - Espos.id Solopos - Jumat, 20 Agustus 2021 - 03:28 WIB
Esposin, BOYOLALI-- Pelibatan generasi muda dalam pengembangan peternakan dinilai penting.
Untuk itu perlu terobosan-terobosan baru guna memikat hati generasi muda agar menggeluti peternakan. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi baru.
Hal tersebut muncul dalam Seminar Peternak Muda Milenial, Meningkatkan Gairah Peternakan Sapi Perah Untuk Generasi Muda, yang digelar secara virtual, Kamis (19/8/2021).
Acara tersebut melibatkan beberapa narasumber baik dari kalangan pemerintah, swasta serta akademisi.
Acara tersebut melibatkan beberapa narasumber baik dari kalangan pemerintah, swasta serta akademisi.
Disebutkan dunia peternakan saat ini tengah menghadapi persoalan menyangkut regenerasi pelaku ternak.
Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menyebutkan susu segar menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik untuk mendukung perkembangan anak.
Baca Juga: Meneruskan Usaha Orang Tua, Kini Acasha Nursery Merambah Luar Jawa
Namun dia menyebut saat ini jumlah produksi susu di dalam negeri baru mencapai 30% dari kebutuhan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Salah satunya bisa karena saat ini sudah tidak banyak masyarakat yang menggeluti ternak.
"Bisa jadi karena rendahnya ketertarilan pemuda menggeluti ternak. Peternak saat ini kebanyakan sudah memasuki usia sepuh. Pertanian secara luas juga menghadapi masalah yang sama. Kalau kondisi ini dibiarkan, mungkin 10 tahun ke depan Indonesia bisa krisis peternak, sehingga produksi akan terus menurun," kata dia.
Untuk itu perlu upaya untuk mendorong regenerasi peternak.
Salah satunya dengan memberikan pemahaman atau edukasi, serta pelatihan kepada generasi muda agar tertarik menjadi peternak.
Direktur Program Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta, Sumino, menyebutkan penurunan jumlah peternak bisa terjadi karena beberapa faktor.
Faktor pertama bisa karena minimnya minat generasi muda menjadi peternak. Kedua, minimnya inovasi teknologi di tingkat peternak dan adopsi teknologi dari pihak lain.
Baca Juga: Peternak Ayam Boyolali Keluhkan Permintaan Pasar Menyusut Gegara PPKM
Ketiga, karena minimnya orang tua yang menularkan pengetahuannya kepada generasi penerusnya sejak dini.
Faktor lainnya karena minimnya peternak yang mengoptimalkan akses informasi secara virtual untuk akses informasi tentang teknis budidaya ternak.
Sementara untuk potensi peternakan sapi perah, saat ini juga cukup tinggi.
"Di antaranya karena meningkatnya tren konsumsi susu, jumla populasi penduduk usia produktif dan berkembangnya edukasi virtual," kata dia.
Sementara itu untuk kondisi di Boyolali, pemerintah setempat juga terus melakukan upaya pengembangan sektor peternakan.
"Salah satu yang kami dorong antara lain peternak milenial. Generasi milenial merupakan generasi digital dengan pola pikir berbeda, lebih lincah, terbuka, selalu mencoba hal baru. Inilah yang menjadi dasar kami mendorong milenial berperan dalam pengembangan peternakan di Boyolali," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Afiany Rifdania.
Menurutnya, salah satu sarana yang dibutuhkan para milenial adalah teknologi informasi.
"Kami saat ini juga sudah mengembangkan sistem informasi dan monitoring sapi yang bisa diakses para peternak," lanjut dia.