Langganan

Merawat Budaya dan Sejarah, Desa Musuk Sragen Gelar Memetri Bumi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 2 Agustus 2024 - 21:14 WIB

ESPOS.ID - Suasana acara Memetri Bumi Eyang Cokrojoyo Kanjeng Sunan Geseng yang digelar di Dukuh, Desa Musuk, Kecamatan Sambirejo, Sragen pada Jumat (2/8/2024) pagi. Acara itu digelar untuk merawat ingatan budaya dan sejarah, sekaligus meningkatkan ekonomi warga setempat. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Esposin, SRAGEN-Merawat ingatan sejarah dan budaya, Pemerintah Desa Musuk, menggelar Memetri Bumi: Eyang Cokrojoyo Kanjeng Sunan Geseng di Dukuh, Desa Musuk, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jumat (2/8/2024) pagi.

Adapun rangkaian acara pagi itu dimulai dengan lomba tumpeng yang kemudian kirab menuju petilasan Eyang Cokrojoyo Kanjeng Sunan Geseng sekitar pukul 06.30 WIB hingga 08.30 WIB.

Advertisement

Lokasi petilasan yang dimaksud itu berada di atas bukit dan cukup jauh dari perumahan warga Dukuh. Peserta kirab selain membawa tumpeng-tumpeng yang dilombakan, mereka juga membawa gunungan yang berisi hasil bumi para warga Desa Musuk.

Setelah itu, acara Memetri Bumi di Musuk, Sragen, dilanjutkan dengan agenda pemotongan pita gapura pintu masuk petilasan sebagai tanda peresmian petilasan yang baru saja dipugar itu.

Advertisement

Setelah itu, acara Memetri Bumi di Musuk, Sragen, dilanjutkan dengan agenda pemotongan pita gapura pintu masuk petilasan sebagai tanda peresmian petilasan yang baru saja dipugar itu.

Tak lupa, ada memetri atau doa bersama serta pembacaan sejarah singkat tentang petilasan Eyang Cokrojoyo Kanjeng Sunan Geseng. Setelah itu diikuti dengan agenda makan bersama dan berebut gunungan.

Pantauan Esposin di lokasi, ratusan warga yang berada di petilasan itu tampak antusias mengikuti rangkaian acara. Hingga pada puncaknya, yakni berebut gunungan, tak butuh waktu lebih dari satu menit untuk habis diperebutkan.

Advertisement

Kepala Desa Musuk Suharno menjelaskan bahwa acara pagi itu merupakan kali pertama digelar karena sekaligus meresmikan petilasan yang baru saja mendapat pemugaran.

“Eyang Cokrojoyo adalah salah satu murid Sunan Kalijaga yang ikut menghadapi Raja Brawijaya pada masa itu,” kata Suharno saat ditanya cerita dibalik petilasan yang diyakini masyarakat setempat.

Saat dalam perjalanan, lanjut dia, tepatnya ketika berada di pinggiran Sungai Kenatan yang menjadi bagian dari wilayah Desa Musuk itu, Cokrojoyo meminta izin untuk beristirahat di tempat yang saat ini dijadikan petilasan itu. Oleh Sunan Kalijaga, ia diizinkan untuk beristirahat di situ dan mendapat peringatan jangan pergi sebelum ditemui lagi oleh gurunya. Cokrojoyo pun patuh.

Advertisement

“Untuk menjaga ingatan sejarah dan budaya itu, tempat ini kemudian disebut petilasan Eyang Cokrojoyo,” kata dia.

Ke depannya, tempat itu akan dijadikan sebagai destinasi wisata religi. “Karena sebelumnya akses ke sini kan belum ada. Tapi sekarang sudah ada, makanya yang ingin berziarah ke sini nanti akan lebih mudah. Jadi wisata religi,” kata dia.

Selain itu, Memetri Bumi di Musuk, Sragen, juga akan terus diadakan, karena menurut Suharno, bakal berdampak terhadap perekonomian warga setempat, terutama UMKM-nya.

Advertisement

Saat ditanya perihal gunungan yang dibawa kirab pagi itu, Suharno menyampaikan bahwa itu merupakan bukti dari rasa syukur atas kemampuan menanam dan memanen para petani atau warga setempat.

“Yang punya kacang dibawa, yang punya kentang dibawa. Kalau orang Jawa menyebutnya sedekah, semoga bermanfaat hasil panennya. Itu juga sudah dilakukan dari nenek moyang dulu,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Musuk, Sragen, Suwarsih, menyampaikan bahwa ia sangat senang bisa ikut acara Memetri Bumi terutama berebut gunungan hasil bumi para warga setempat.

“Katanya orang dahulu ini kan berkah, berkah dari Yang Maha Kuasa yang bertepatan di sini,” kata dia.

Suwarsih yang saat itu mengenakan kebaya berwarna merah muda dan di tangan memegang beberapa sayur mayur dari gunungan itu mengaku mengikuti acara sejak pukul 07.00 WIB. Dia berharap acara seperti itu tetap dilakukan untuk ke depannya.

“Karena ini menghidupkan budaya,” pungkasnya.

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif