Langganan

Menguntungkan, Petani Selogiri Wonogiri Mulai Tanam Tembakau saat Kemarau - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Diky Praditia  - Espos.id Solopos  -  Rabu, 14 Agustus 2024 - 16:44 WIB

ESPOS.ID - Petani memeriksa tanaman tembakaunya di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Rabu (14/8/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praritia)

Esposin, WONOGIRITembakau mulai banyak ditanam petani di lahan pertanian Kecamatan Selogiri, Wonogiri, pada musim kemarau ini. Tanaman ini menjadi solusi bagi petani agar lahan pertanian mereka tetap produktif dan bisa dapat keuntungan selama musim kemarau.

Tembakau dinilai jauh lebih menguntungkan dibandingkan padi. Hal itu diungkapkan salah satu petani di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Widodo, 55, saat berbincang dengan Esposin, Rabu (14/8/2024). Widodo mengatakan kini semakin banyak petani di Desa Jendi yang menanam tembakau di lahan sawah tadah hujan.

Advertisement

Tembakau menjadi tanaman musiman ketika lahan sawah tidak produktif untuk ditanami padi selama musim kemarau. Tembakau mampu bertahan dalam cuaca panas dan minim air. Hal ini cocok dengan kondisi lahan pertanian di Kecamatan Selogiri yang mayoritas masih mengandalkan air hujan untuk pengairan tanaman.

Selain itu, hasil panen tembakau justru lebih menguntungkan dibandingkan padi. "Saya menanam tembakau baru kali kedua ini. Pertama pada 2023 lalu. Tahun kemarin yang menanam tembakau di desa ini baru tujuh orang, sekarang sudah ada 14 petani yang menanamnya," kata Widodo.

Advertisement

Selain itu, hasil panen tembakau justru lebih menguntungkan dibandingkan padi. "Saya menanam tembakau baru kali kedua ini. Pertama pada 2023 lalu. Tahun kemarin yang menanam tembakau di desa ini baru tujuh orang, sekarang sudah ada 14 petani yang menanamnya," kata Widodo.

Widodo menjelaskan tembakau mulai ditanam di wilayah Kecamatan Selogiri belum lama ini. Tembakau termasuk tanaman baru di kecamatan tersebut. Di Desa Jendi saja, petani baru mulai menanam tembakau pada 2022.

Biasanya, petani hanya membiarkan lahan sawahnya bera saat kemarau. Kalaupun tidak, paling mereka menanam kacang hijau yang hasilnya tidak seberapa, hanya agar lahannya tetap produktif. Sementara itu, pada musim hujan, petani tetap menanam padi.

Advertisement

Dalam sekali masa tanam, tembakau tidak dipanen sekali, melainkan bertahap hingga tiga sampai empat kali panen. Panen pertama dilakukan pada usia tanam 50-an hari. Panen pertama adalah daun tanaman yang paling bawah. Semakin ke atas, kualitas daun yang dipanen semakin baik dan dihargai lebih tinggi.

Berdasarkan informasi yang Widodo dapatkan dari sejumlah petani, harga tembakau dengan grade atau kualitas paling rendah (daun bawah) berkisar antara Rp38.000/kg-Rp40.000/kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang hanya Rp30.000/kg untuk grade bawah.

"Tahun kemarin, saya mendapat Rp12 juta untuk tembakau yang saya tanam di lahan seperempat bau [1.300 meter persegi]. Untuk tahun ini seharusnya lebih banyak. Taruhlah seperempat bau saya dapat Rp10 juta, kalau sebau berarti Rp40 juta, itu minimal," ujar Widodo.

Advertisement

Hasil itu jauh lebih menguntungkan dibandingkan padi. Dengan luas yang sama, Widodo paling banter mendapatkan Rp16 juta saat panen padi. Padahal, biaya produksi dan panen padi bisa lebih tinggi dari itu.

Hal senada disampaikan petani tembakau lain di Kecamatan Selogiri, Sukino. Pria yang juga baru menanam tembakau dua kali ini menyebut menanam tembakau lebih menguntungkan daripada padi. Akan tetapi, tidak serta merta tanaman ini bisa menggantikan padi.

Tembakau tidak bisa ditanam saat musim penghujan. Tanaman ini justru akan mati jika terlalu banyak mendapat air. Perawatan tembakau juga lebih ekstra dibandingkan padi. Tanaman tersebut harus dirawat setiap hari karena memerlukan perlakuan khusus.

Sistem Kemitraan

Misalnya, perlu membuang beberapa tunas daun dan pucuk tanaman agar hasil panen tetap maksimal. Tembakau juga rentan terhadap penyakit tanaman. Oleh karena itu, perhatian khusus diperlukan agar tanaman segera tertangani ketika terserang hama atau penyakit.
Advertisement

Sukino dan petani tembakau lainnya di Kecamatan Selogiri menanam tembakau dengan sistem kemitraan bersama salah satu perusahaan di Klaten. Bibit, pupuk, dan obat tanaman berasal dari perusahaan mitra.

Hasil panen kemudian dibeli oleh perusahaan tersebut dengan harga yang bervariasi sesuai kualitasnya. "Untungnya ya lumayan. Jualnya juga tidak susah. Hanya perlu dikirim ke gudang di sana, di Klaten," kata Sukino.

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Selogiri, Asri Indrawati, menyampaikan tembakau mulai banyak dibudidayakan petani di Selogiri dalam beberapa tahun terakhir.

Luas lahan yang ditanami tembakau di wilayah tersebut semakin bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini, sudah ada lima hektare lahan pertanian yang ditanami tembakau di Kecamatan Selogiri.

"Kecamatan Selogiri memungkinkan untuk ditanami tembakau, apalagi kan banyak lahan sawah tadah hujan di sana. Hanya, pola perawatannya harus lebih rutin dibandingkan padi," kata Asri.

Menurut data Dinas Pertanian (Dispertan) Wonogiri, produksi tembakau tersebar di sejumlah kecamatan. Eromoko, Wuryantoro, dan Giriwoyo merupakan kecamatan yang paling banyak menyumbang produksi tembakau di kabupaten ini.

Produksi tembakau ini juga berpengaruh terhadap Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang diterima pemerintah daerah. Berdasarkan data Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Wonogiri, pada 2024 ini DBHCHT yang diterima Wonogiri mencapai Rp26,56 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp25,2 miliar.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif