by Diva Kristya - Espos.id Solopos - Rabu, 9 Februari 2022 - 15:35 WIB
Esposin, KARANGANYAR — Kabupaten Karanganyar adalah gudangnya objek wisata di Soloraya, terutama wisata alam. Di kabupaten yeng berada di kaki Gunung Lawu ini banyak pula destinasi wisata yang kaya akan sejarah. Salah satunya adalah objek wisata pemandian Sapta Tirta.
Sapta Tirta merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Bumi Intanpari. Objek wisata ini merupakan pemandian bersejarah peninggalan masa Kerajaan Mangkunegaran Solo. Lokasinya di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, sekitar 20 km dari Kota Karanganyar.
Di dalam kompleks Sapta Tirta masih terdapat bangunan-bangunan sakral yang berupa tempat pemandian terbuka Mangkunegara VI yang terdiri atas enam kamar mandi. Tempat pemandian tersebut bernama “Pemandian Keputren".
Baca Juga: Menengok Jejak Pangeran Sambernyawa di Sapta Tirta Pablengan Matesih
Menurut catatan, Sapta Tirta mempunyai arti sejarah terhadap keberhasilan Raden Mas Said menjadi Raja Mangkunegaran. Raden Mas Said memiliki nama kecil Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunegara. Ia anak dari Raja Kartasura yakni Panjenengan Kanjeng Sinuhun Prasen Amangkurat Djawi.Sebelum diangkat menjadi Raja Mangkunegaran I, Raden Mas Said mendengar suara gaib dari penunggu Tombak Tunggal Naga. Suara itu berbunyi, ”Raden Mas Said bisa menjadi raja, bila telah mendapatkan pusaka Delima Merah". Pusaka Delima Merah yang ditunggu oleh Eyang Guno Delima berhasil didapat Raden Mas Said.
Setelah itu pihak Keraton menggelar musyawarah yang melibatkan semua kerabat kerajaan untuk membahas soal pengangkatan Raden Mas Said menjadi raja. Di tengah-tengah musyawarah tersebut, tiba-tiba Raden Mas Said hilang tahu ke mana perginya. Menurut keluarga yang bermusyawarah, Raden Mas Said disambar gelap maka yang kemudian muncul sebutan Pangeran Sambernyawa.
Baca Juga: Pasar Jadoel Dongkrak Kunjungan Wisata di Sapta Tirta Pablengan Karanganyar
Pada suatu hari Raden Mas Said mendapatkan wahyu untuk mendapatkan pusaka wesi kuning, untuk menyempurnakan pusaka-pusaka keraton. Pusaka wesi kuning tersebut milik Purbo Siti yang merupakan ratu dari laut pantai selatan (segara kidul). Senjata tersebut tidak boleh diminta, tetapi hanya boleh dipinjam dengan syarat Raden Mas Said harus menjadikan Purbo Siti sebagai istrinya. Dengan demikian pusaka Raden Mas Said sudah lengkap dan memenuhi syarat menjadi raja.
Di masa pemerintahan Raden Mas Said, di bukit Argotiloso dibangun pesangrahan untuk bertapa. Pada saat bertapa Raden Mas Said mendapat bisikan untuk menggali tanah di bawah bukit Argotiloso sebanyak tujuh lubang. Dari lubang-lubang tersebut lalu keluar rembesan air. Lubang tersebut letaknya berdekatan, namun memiliki rasa dan khasiat yang berbeda-beda.
Baca Juga: WISATA KARANGANYAR : Sapta Tirta Pablengan akan Dikemas Jadi Wisata Religi
Sumber air tersebut kemudian dikenal dengan nama sumber air Sapta Tirta. Aadapun tujuh sumber air tersebut bernama sumber air bleng, sumber air hangat, sumber air kasekten, sumber air hidup, sumber air mati, sumber air soda, dan sumber air urus-urus.Sapta Tirta ramai dikunjungi masyarakat karena manfaat dari air yang dipercayai masyarakat, tempatnya yang sejuk dan mudah dijangkau.
Artikel ini disusun bersumber pada skripsi Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ria Mahanani, pada 2010. Skripsinya berjudul Kegiatan Wisata Ritual Dalam Pengembangan ODTW Di Sapta Tirta Pablengan Kabupaten Karanganyar.