by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Senin, 27 Februari 2023 - 07:57 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Tradisi Memule di Kelurahan Sambeng, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali telah turun-temurun dilaksanakan masyarakat sebelum memulai masa tanam jagung. Tradisi ini digelar dengan berdoa bersama di punden atau bukit yang disakralkan di Kelurahan Sambeng.
Lurah Sambeng, Antonius Pramusinto, mengatakan tradisi ini telah turun-temurun dilaksanakan masyarakat.
“Terakhir, kami gelar pada 20 Januari 2023, untuk bulan jawanya pada Jumadil Akhir,” ujarnya saat dihubungi Esposin, Jumat (24/2/2023).
Ia mengungkapkan tradisi Memule dilaksanakan di salah satu bukit atau punden daerah Dukuh Kedungdawung. Tradisi tersebut dilaksanakan oleh warga dua dukuh, yaitu Kedungdawung dan Klumpit.
Ia mengungkapkan tradisi Memule dilaksanakan di salah satu bukit atau punden daerah Dukuh Kedungdawung. Tradisi tersebut dilaksanakan oleh warga dua dukuh, yaitu Kedungdawung dan Klumpit.
Anton menceritakan biasanya masyarakat datang berbondong-bondong menuju bukit dengan membawa nasi, ayam panggang, dan lauk-pauk lainnya. Kemudian, acara biasanya dimulai pukul 07.00 WIB.
“Ada sambutan dari lurah, sambutan dari Perhutani, dan doa bersama,” jelasnya.
Ia menjelaskan tempat pelaksanaan tradisi Memule tersebut adalah petilasan Nyi Plandak. Tempat tersebut disakralkan sebagai petilasan tempat bertapa Mbah Nyi dan Nyai Plandak.
“Jadi itu tempat bertapa terus tanahnya bergerak, naik-naik menjadi bukti. Herannya, di sana kan jauh dari gunung, tapi ada batu besar. Ada juga sebuah pohon kesambi yang sangat besar,” kata dia.
Lurah Sambeng tersebut mengungkapkan petilasan Nyi Plandak tersebut juga sering dikunjungi oleh orang-orang yang mencari petuah dan petunjuk.
Beberapa larangan juga berlaku di area petilasan Nyi Plandak tersebut, seperti tidak boleh berkata kotor, tidak boleh buang kotoran, tidak boleh buang air kecil, dan selalu menjaga sikap.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan ada wacana untuk membuat tradisi Memule sebagai wisata religi. Namun, masih perlu beberapa persiapan yang matang.
Sementara itu, salah satu warga, Febri, 25, mengungkapkan tradisi Memule telah ada dan dilakukan turun-temurun. Ia tak tahu persis kapan tradisi tersebut dimulai.
Namun, ia menjelaskan warga masyarakat meyakini jika tradisi tersebut tak digelar dapat menyebabkan gagal panen.
“Nanti di sana mendoakan arwah para leluhur, terus Yasinan, ada ceramah juga, lalu makan bersama. Habis itu pulang,” kata dia.