by Kurniawan - Espos.id Solopos - Rabu, 8 September 2021 - 23:01 WIB
Esposin, SOLO—Wacana presiden tiga periode yang merupakan lanjutan isu amendemen terbatas UUD 1945 mendapat tanggapan dari Dosen Hukum Tata Negara UNS Solo, Agus Riewanto.
Dilihat dari peta politik nasional, terutama kekuatan partai politik (parpol) koalisi pemerintah, Agus menilai amendemen UUD 1945 sangat mungkin terjadi.
Baca Juga: Amendemen Terbatas UUD 1945? Surya Paloh: Tanya Rakyat
“Petanya sudah jelas. Koalisi PDIP, peta saat ini sudah 77 persen. Ditambah dengan PAN yang sudah masuk, koalisi PDIP untuk mendapatkan 357 orang dari 575 orang, memungkinkan. Tinggal ketok palu sebenarnya,” terang Agus kepada espos.id, Rabu (8/9/2021).
“Petanya sudah jelas. Koalisi PDIP, peta saat ini sudah 77 persen. Ditambah dengan PAN yang sudah masuk, koalisi PDIP untuk mendapatkan 357 orang dari 575 orang, memungkinkan. Tinggal ketok palu sebenarnya,” terang Agus kepada espos.id, Rabu (8/9/2021).
Amendemen yang dimaksud yakni Pasal 7 UUD 1945 yang mengatur masa jabatan presiden. Di pasal itu diatur bahwa masa jabatan presiden hanya sekali dan bisa diperpanjang satu kali lagi. Setelah itu tak dapat dipilih kembali.
Baca Juga: Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo Teratas, Diikuti Anies dan Ganjar
Selain Pasal 7, kemungkinan besar amendemen akan dilakukan untuk Pasal 6 UUD 1945 tentang mekanisme pemilihannya.
Amendemen Pasal 6 akan mengubah mekanisme pemilihan capres dan wapres, yang akan dipilih oleh MPR.
“Orang curiga amendemen pasti akan menyentuh Pasal 6, calon dipilih MPR. Ini untuk menyesuaikan dengan amendemen Pasal 23. Dengan masuknya PAN, koalisi menjadi sangat kuat, tersisa Partai Demokrat dan PKS,” kata dia.
Akan ada beberapa pasangan capres-cawapres di 2024 yang diusung parpol. Bedanya hanya calon dipilih oleh DPR.
Namun ada berapa pasangan capres-cawapres dan siapa saja, menurut Agus, tergantung dinamika politik tiga tahun ke depan. Termasuk siapa cawapres dari Jokowi ketika sosok dari Solo tersebut kembali maju sebagai capres.
“Kalau ditilik dari pola selama ini, kemungkinan Pak Jokowi akan berpasangan dengan figur yang sudah senior atau sepuh. Kemungkinan juga figur cawapres Pak Jokowi berasal dari tokoh agama seperti dari NU,” urai dia.