Langganan

Mantan Sinden Ini Menjadi Peserta Wisuda di Usia 84 Tahun - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 15 September 2024 - 10:37 WIB

ESPOS.ID - MA Sumarmi (tengah) ketika menerima sertifkat tanda lulus sekolah lansia yang diserahkan oleh Wali Kota Solo, Teguh Prakosa (kiri) di Loji Gandrung Sol, Sabtu (14/9/2024).

Esposin, SOLO — Maria Ansela Sumarmi Yudhi Pranoto atau MA Sumarmi menjadi peserta wisuda paling tua dalam program sekolah lansia. Perempuan 84 tahun asal Kelurahan Jebres, Kec. Jebres Solo itu ikut wisuda di Loji Gandrung Solo, Sabtu (14/9/2024).

Sumarmi sumringah ketika dipanggil ke depan untuk menerima sertifikat tanda lulus sekolah lansia dari Wali Kota Solo, Teguh Prakosa. Dia mengaku senang mengikuti sekolah lansia lantaran bertemu dengan taman-taman dan warga kampung lainnya. 

Advertisement

“Orang-orang kampung itu sayang semua sama nenek, sayang semua, sekampung itu baik-baik semua,” kata dia ketika berbincang dengan Esposin, Sabtu.

Selama sekolah lansia, Sumarmi mengatakan mendapatkan banyak materi dari fasilitator. Materi yang diajarkan seperti kesehatan, pendidikan, sampai kerohanian. 

Advertisement

Selama sekolah lansia, Sumarmi mengatakan mendapatkan banyak materi dari fasilitator. Materi yang diajarkan seperti kesehatan, pendidikan, sampai kerohanian. 

Khusus acara itu, dia mengenakan kebaya merah. Rambutnya yang sudah putih itu diikat ke belakang, lalu ditambahkan wig konde berwarna hitam. Dandannya persis seperti sinden.

Perempuan yang tidak lagi muda itu bahkan masih semangat menampilkan hiburan di akhir acara. Dia ikut menari dengan iringan tembang Prahu Layar. Gerakannya masih lincah dan luwes. Kelihaiannya menari itu bukan tanpa alasan. Ternyata masa mudanya dia adalah sinden dan penari.

Advertisement

“Dulu saya penari, pernah ke luar negeri. Kan itu misi luar negeri, biasanya [program pemerintah] Pak Karno [Presiden Soekarno] waktu itu mengirim utusan ke luar negeri. Itu pada tahun 60 [1960] saya baru masuk, itu langsung disuruh belajar sinden,” kata dia.

Marmi merupakan anak dari seorang dalang. Kebiasaannya sejak kecil yang akrab dengan bunyi-bunyian gending dari gamelan membuatnya cepat belajar nyinden. Kebiasaanya bernyanyi di gereja juga membuatnya cepat belajar menjadi sinden.

Sumarmi mengaku waktu mudanya belajar langsung dari maestro karawitan seperti Marto Pangrawit. Kemampuanya nyinden, membuatnya dipilih oleh Presiden Soekarno waktu itu untuk dikirim ke Bangkok, Thailand membawa misi diplomasi kebudayaan.

Advertisement

“Lalu tahun 1963 dikirim ke New York World's Fair. Di sana nyinden juga, kan di sana ada banyak perwakilan dari luar negeri,” kata dia. Berdasarkan catatan New York World's Fair digelar pada 1994 di Flushing Meadows–Corona Park, Queens, New York City, Amerika Serikat.

Tidak hanya menjadi sinden, dia juga memiliki pengalaman menari. Kemampuannya menari juga membuatnya keliling ke berbagai negara seperti Tiongkok dan Korea. Sumarmi mengaku bisa berbagai tari tradisi Jawa.

“Saya menari bersama Retno Maruti, itu yang terkenal di Jakarta. Nah itu teman saya,” kata dia.

Advertisement

Kini Sumarmi sudah pensiun dari pengabdiannya sebagai seniman tradisi Jawa. Sehari-hari dirinya masih beraktivitas di rumah seperti menanam bunga dan tanaman buah. Dirinya juga merupakan penyelenggara PAUD, sesekali dia masih menengok siswa.

Selain itu, sebagai pemeluk Kristiani dirinya masih aktif ke gereja. Kegiatan kerohanian membuatnya merasa lebih dekat dengan Tuhan. Dia mengaku masih sering ikut kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pihak gereja.

“Jadi semuanya saya syukuri karena diberi kesehatan oleh Tuhan dan tidak punya penyakit. Betul itu, tidak sombong. Saya terakhir periksa itu tidak ada asam urat, kolestrol, gulanya bagus, hanya tensi naik turun,” kata dia.

Sumarmi kini menjalani hidup dengan prinsip memperlakukan orang lain dengan baik. Jika ada orang yang jahat, kata dia, jangan dibalas dengan kejahatan. Prinsip itu membuatnya sehat secara batin. Kesehatan batin itu, menurutnya, yang membuatnya tetap sehat secara fisik hingga kini.

Bersamaan dengan Sumarmi, total terdapat 60 peserta wisuda yang kesemuanya berasal dari Kelurahan Jebres. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo, Purwanti mengatakan Sekolah Lansia dilatarbelakangi oleh umur harapan hidup yang semakin meningkat.

“Harapan hidupkan semakin meningkat, maka kita harus menyiapkan lansia-lansia yang tangguh, sehat, bugar, dan mandiri. Maka program kita adalah bagaimana mendampingi para lansia untuk bisa tangguh,” kata dia kepada Esposin selepas wisuda, Sabtu.

Menurutnya Sekolah Lansia merupakan tempat bagi para lansia untuk belajar langsung dari fasilitator seperti psikolog, tenaga kesehatan, sampai penyuluh agama. Materi yang diajarkan mulai dari topi kesehatan, olahraga, ketrampilan, dan kerohanian.

Purwanti mengatakan secara khusus untuk Sekolah Lansia kali ini menyasar para lansia di kelurahan Jebres. Program Sekolah lansia akan terus dilaksanakan menyasar kelurahan-kelurahan yang lain.

“Program ini sudah ada sejak 2022 dan sudah dilaksanakan di kelurahan Pucang Sawit, Serangan, Sondakan, dan Jebres,” kata dia.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif