by R Bambang Aris S Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Selasa, 24 April 2012 - 10:57 WIB
Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah hewan khas Pulau Jawa, dan sudah dinyatakan dalam status kritis alias terancam punah oleh lembaga konservasi internasional IUCN, dan masuk dalam daftar Red List sejak 2008. Populasi hewan ini diyakini tinggal 250 ekor di mana habitatnya makin menyempit. Habitan macan tutul ini diperkirakan tinggal 2.267 km persegi hingga 3.277 km persegi.
Habitat mereka yang selama ini diketahui adalah di wilayah-wilayah taman nasional di kawasan gunung seperti Taman Nasional (TN) Gunung Halimun, TN Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, TN Ceremai, kesemuanya di Jawa Barat. Selanjutnya TN Merbabu, TN Merapi di Jawa Tengah serta TN Bromo Tengger Semeru, TN Meru Betiri, TN Baluran dan TN Alas Purwo National Park di Jawa Timur.
Mereka diketahui mampu hidup di hutan tropis lebat, pegunungan dan hutan semak belukar yang kering. Selama tahun 2001-2004, dilakukan penelitian di kawasan TN Gunung Halimun, Jawa Barat, dengan menggunakan kamera otomatis dan pelacakan radio. Berdasarkan penelitian itu, macan tutul Jawa ini diketahui mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sudah diwarnai aktivitas manusia. Mereka biasa menggunakan jalan setapak yang dibuat manusia untuk memudahkan pergerakan mereka.
Daerah jelajah seekor macan betina mencapai 9,82 km persegi. Macan tutul ini memiliki dua pola warna kulit yaitu warna kuning terang denganb bintik hitam dan warna hitam dengan bintik hitam yang dikelilingi polah keperakan, sehingga sering juga disebut macan kumbang. Berdasarkan rekaman kamera otomatis di TN Gunung Halimun, terlihat bahwa puncak aktivitas mereka adalah pada pukul 06.00-09.00 dan 15.00-18.00.
Mereka hanya menyantap protein hewani dan "menu" rutin mereka di alam liar adalah rusa, kancil, kera dan monyet serta babi hutan. Jika sudah terdesak karena kehabisan makanan di hutan, mereka kadang masuk ke perkampungan dan memangsa ternak warga seperti ayam atau kambing.
Semakin padatnya Pulau Jawa membuat habitat mereka terus terdesak. Makin banyaknya pembukaan hutan untuk aktivitas pertanian, eksplorasi energi atau eksploitasi hasil hutan membuat hewan-hewan mangsa mereka hilang. Mereka juga terancam pemburu liar.