by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Kamis, 10 Juni 2021 - 09:40 WIB
Esposin, KLATEN -- Aliran air dari sumber mata air Bebeng yang berlokasi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman DIY, menjadi andalan warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, agar terbebas dari bencana kekeringan.
Terlebih sejak ada program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) yang dibangun pada 2019, krisis air bersih tak lagi melanda Balerante.
Kaur Perencanaan Desa Balerante, Jainu, mengatakan pembangunan Pamsimas itu untuk memperlancar aliran air bersih yang berasal dari mata air Bebeng berlokasi Glagaharjo.
Baca juga: 5 Hari Bergulir, 5.620 Orang di Klaten Mendaftar BPUM
Baca juga: 5 Hari Bergulir, 5.620 Orang di Klaten Mendaftar BPUM
"Anggaran pembangunannya bersumber dari APBD Klaten Rp800 juta dan dana desa Rp200 juta sehingga total anggaran membangun Pamsimas Rp1 miliar," kata Jainu, Rabu (9/6/2021).
Selama ini, mata air Bebeng menjadi andalan warga di lereng Merapi terutama di daerah perbatasan antara Klaten, Jawa Tengah, dengan Sleman, DIY. Namun, distribusi air dari Bebeng ke seluruh warga Balerante terkendala peralatan untuk mendistribusikan.
Baca juga: Keren! 6 Anggota Bhabinkamtibmas Polres Klaten Raih Penghargaan
Pengelolaan Pamsimas dilakukan melalui Kelompok Pengelola Sarana Pengelolaan Air Minum (KS-PAM) dengan nilai iuran Rp2.000 per meter kubik. Rata-rata, nilai iuran setiap keluarga berkisar Rp12.000-Rp20.000 per bulan.
"Kalaupun ada yang membeli tidak lebih dari 10 tangki. Untuk tahun ini sampai bulan Juni masih aman tidak perlu membutuhkan suplai dari bawah," jelas dia.
Baca juga: Tes Antigen 1 Pedagang Positif Covid-19, Pasar Basin Klaten Ditutup 3 Hari
Terkait pengelolaan air dari mata air Bebeng, Jainu menuturkan dikelola oleh Paguyuban Guyub Bebeng beranggotakan empat desa lintas provinsi. Keempat desa itu yakni Desa Glagaharjo di Kecamatan Cangkringan serta tiga desa di Klaten yakni Desa Balerante, Sidorejo, serta Panggang di Kecamatan Kemalang.
Salah satu warga Dukuh Sukorejo, Desa Balerante, Jalono, 25, mengatakan rata-rata per bulan dia mengeluarkan biaya Rp50.000 untuk iuran pemanfaatan air dari Bebeng. Air itu untuk memenuhi kebutuhan air keluarga serta ternak sapi berjumlah enam ekor.
"Sekarang jelas lebih irit dibandingkan beli air menggunakan tangki. Sudah sejak tahun lalu tidak lagi membeli air," tutur dia.