by Afifa Enggar Wulandari - Espos.id Solopos - Selasa, 25 Januari 2022 - 05:00 WIB
Esposin, SOLO -- Perayaan Tahun Baru Imlek tidak bisa lepas dari kue keranjang, termasuk pada tahun ini yang bertepatan dengan 1 Februari 2022, tak sah rasanya jika tanpa kue keranjang.
Namun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, produsen kue keranjang di Kota Solo tak berani membuat dalam jumlah banyak. Bahkan jika dibandingkan tahun lalu jauh menurun.
Salah satu produsen kue keranjang di Kota Solo, Ratna Anggraini, 50, mengatakan telah mulai membuat kue keranjang untuk meyambut Hari Raya Imlek tahun ini. Permintaan sudah mulai berdatangan meski tak seramai tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19.
Baca Juga: Beringin Balai Kota - Pasar Gede Solo Mulai Dipasangi Lampion Imlek
Ratna mengatakan pada 2020 dan 2021, produksi kue keranjang untuk perayaan Imlek di tempatnya menurun. Sebelum pandemi, ia bisa membuat kue dari 7 ton tepung. Namun, angka tersebut menurun setelah pandemi melanda.
“Tahun kemarin awal-awal enggak ramai, tapi ya dikit-dikit naik juga. Jelas ada penurunan jumlah. Sebelum 2021 produksi bisa sampai 7 ton,” kata Ratna saat ditemui di rumah produksi miliknya, Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, pekan lalu.
Meski ada kecenderungan menurun, ia berharap tahun ini kue keranjang buatannya bisa terjual habis. Para pembeli kuenya biasa memesan secara mendadak. Untuk itu, Ratna harus tetap memproduksi kuenya.
Baca Juga: Mengintip Tempat Pembuatan Lampion Imlek di Kepatihan Wetan Solo
Ratna menjelaskan dalam proses produksi, satu adonan bisa mencapai 40 kg-50 kg. Total sekali produksi minimal 150 kg. Ia menambahkan jika pembeli ramai, ia dapat membuat 300 kg adonan dalam sekali produksi.
Guna menyiapkan pesanan mendadak saat mendekati Hari Raya Imlek, Ratna mengaku telah menyiapkan 2 ton bahan dasar kue keranjang. Ia harus selalu sedia segala kebutuhan bahan dasar pembuatannya.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek, Bangunan Pasar Gede Solo Dihias Lampion
Tepung ketan yang ia gunakan dalam pembuatan kue keranjang merupakan hasil gilingan sendiri. Ia bersama tenaga produksinya ingin memastikan kualitas dari bahan dasar pembuatan kue miliknya.
“Kami pakai tepung ketan hasil gilingan sendiri, tidak beli tepung-tepung yang sudah jadi itu. Kan enggak tahu, ada pengawetnya tidak, kualitasnya bagaimana. Tahun ini prepare dua ton, karena mereka dadakan biasanya,” katanya.