Langganan

Kisah Pejuang Literasi di Solo, Belasan Tahun Hidupkan Perpustakaan Kampung - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 5 September 2024 - 06:00 WIB

ESPOS.ID - Pustakawan Perpustakaan Kampung Sasana Pustaka Warga Kelurahan Serengan atau Perpustakaan Serengan, Muji Mulyani. (Solopos/Ahmad Kurnia Sidik)

Esposin, SOLO -- Perpustakaan kampung menjadi salah satu garda terdepan memajukan tingkat literasi atau minat baca masyarakat. Di Solo, sedikitnya 25 perpustakaan kampung, taman cerdas, dan taman baca masyarakat (TBM) dengan para pejuang literasi yang tak kenal lelah terus meningkatkan minat baca masyarakat.

Salah satunya Muji Mulyani, pustakawan di Perpustakaan Kampung Sasana Pustaka Warga Kelurahan Serengan atau Perpustakaan Serengan. Beragam upaya dilakukan Muji untuk menarik minat masyarakat agar mau datang ke perpustakaan. Dari sekadar datang, diharapkan warga kemudian mulai suka membaca buku.

Advertisement

“Terutama setelah saya mengikuti bimtek [bimbingan dan teknis] TPBIS [Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial]. Ada beberapa program baru yang saya rancang untuk menarik minat masyarakat kepada perpustakaan ini,” kata dia saat ditemui Esposin di Perpustakaan Serengan, Rabu (4/9/2024) pagi.

Muji menyampaikan sudah 16 tahun atau tepatnya sejak 2008 dia menjadi pustakawan di Puskesmas Serengan. Selama itu pula ia terus berupaya dengan beragam cara untuk menarik minat masyarakat untuk membaca buku.

Advertisement

Muji menyampaikan sudah 16 tahun atau tepatnya sejak 2008 dia menjadi pustakawan di Puskesmas Serengan. Selama itu pula ia terus berupaya dengan beragam cara untuk menarik minat masyarakat untuk membaca buku.

Upaya itu semakin masif setahun belakangan ini, salah satunya dengan mengintegrasikan Perpustakaan Serengan dengan beragam lembaga pendidikan di kelurahan tersebut. Muji mengatakan lokasi Perpustakaan Serengan cukup strategis karena dikelilingi sekolah mulai PAUD hingga SD. Salah satunya SD Negeri Serengan 2.

“Jadi setelah integrasi kami lakukan melalui Pemerintah Kelurahan [Serengan], berbagai sekolah di sekeliling ini membuat semacam kunjungan pembelajaran rutin di sini, tak hanya saat jam belajar, kadang juga waktu istirahat,” jelasnya.

Advertisement

Beruntungnya, sekembalinya Muji dari mengikuti Bimtek TPBIS yang digelar Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Perpustakaan Serengan mendapat hibah beberapa perangkat di antaranya tiga komputer, satu printer, satu LED TV, satu router, dan lainnya.

Memadukan dengan Seni

“TV yang besar ini sering digunakan untuk anak-anak sekolah belajar dengan menyenangkan. Mereka belajar sambil menonton di sini,” kata dia.

Muji mengatakan ada juga agenda rutin yang digelar Perpustakaan Serengan setiap Sabtu pagi yakni Rumah Belajar Sekar Pustaka. Pesertanya anak-anak usia 4-15 tahun.

“Rutin, saat agenda itu anak-anak belajar berbagai hal, mulai dari seni tari hingga seni kriya,” kata dia sambil menunjukkan beberapa kerajinan tangan anak-anak dalam bentuk boneka dan rumah-rumahan.

Advertisement

Hasil seni kriya itu, lanjut dia, selalu diikutkan pameran saat ada acara-acara yang digelar Kelurahan Serengan. Begitu pun dengan seni tari, anak-anak yang sudah dianggap mampu tampil akan dibuatkan acara menari.

“Perpustakaan Serengan buka pada Senin-Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Silakan datang dan memanfaatkan fasilitas di sini,” katanya.

Pustakawan Perpustakaan Panularan, Uswah Chasana, juga melakukan upaya-upaya yang kurang lebih sama dengan Muji untuk menarik minat masyarakat datang dan membaca buku di perpustakaan yang ia kelola.

Advertisement

Berbincang dengan Esposin, Rabu (4/9/2024) siang, ia menyampaikan menggunakan pendekatan kesenian dan kegiatan sosial untuk menarik minat warga agar sudi datang ke perpustakaan.

Perlu diketahui, Perpustakaan Panularan tepat berada di tengah pemukiman warga sehingga sangat memungkinkan pendekatan itu untuk dilakukan.

“Setiap Minggu sore kami mengadakan latihan menari di sini, dan sering pula malam hari perpustakaan buka untuk digunakan warga kalau ada kegiatan,” kata dia.

Dengan seringnya warga memanfaatkan fasilitas di perpustakaan itu, Uswah pun berharap akan muncul minat baca di kalangan masyarakat.

Kendala dan Tantangan

Para pejuang literasi yang mengelola perpustakaan kampung di Kota Solo menghadapi kendala dan tantangan yang berat dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat.

“Kegiatan kami terkendala keuangan, termasuk agenda rutin tiap Sabtu itu kami harus urunan dana dan kemudian dibelikan bahan yang akan digunakan bersama. Termasuk koneksi Internet kami belum bisa menyediakan," kata Pustakawan Perpustakaan Serengan Solo, Muji Mulyani.

"Alat bantuan dari Perpusnas belum bisa digunakan karena memang belum ada dananya. Jadi anak-anak kalau mau memanfaatkan komputer di sini dengan hostpot pribadi,” kata dia.

Sementara itu, Pustakawan Perpustakaan Panularan, Uswah Chasan, mengatakan kegemaran anak-anak bermain handphone menjadi kendala untuk menarik minat mereka datang ke perpustakaan dan membaca buku.

Karena itu pula ia, berusaha memanfaatkan berbagai perangkat hibah Perpusnas berupa komputer, printer, televisi, dan sebagainya agar bisa digunakan kapan pun oleh warga sekitar. “Termasuk dengan kesenian yang kami adakan untuk memberi ruang aktivitas fisik anak-anak di sini,” katanya.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif