by Sri Sumi Handayani - Espos.id Solopos - Jumat, 21 Mei 2021 - 13:39 WIB
Esposin, KARANGANYAR — Dinkes Kabupaten Karanganyar menemukan bakteri E. coli dan bakteri patogen lain pada makanan takjil yang dikonsumsi warga Dusun Puntukringin sehingga menyebabkan keracunan massal.
Diberitakan seelumnya, kasus keracunan massal dialami Warga Dusun Puntukringin, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan secara bertahap mulai pagi hingga sore hari pada Minggu (9/5/2021). Warga menaruh curiga hal itu karena mengonsumsi makanan takjil yang diterima dari salah satu masjid, Sabtu (8/5/2021) sore.
Sebanyak 55 orang warga di dua RT di Dusun Puntukringin mengalami gejala keracunan, seperti mual, muntah, pusing, diare, hingga pingsan. Bahkan, salah satu warga meninggal saat menjalani perawatan akibat keracunan.
Baca juga: 2 Pasien Keracunan Takjil di Tukringin Karangpandan Masih Dirawat
Baca juga: 2 Pasien Keracunan Takjil di Tukringin Karangpandan Masih Dirawat
Petugas terkait menindaklanjuti kejadian itu dengan mengambil contoh sisa makanan yang dikonsumsi warga sebelum keracunan. Salah satunya petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar. Mereka mengambil sampel sisa oseng kacang-tempe, nasi, telur bacem, sirup, dan es buah.
Plt Kepala Dinkes Kabupaten Karanganyar, Purwati, menyampaikan sampel sisa makanan juga dikirim ke laboratorium di Yogyakarta untuk melihat apakah ditemukan kandungan pestisida dalam makanan.
Baca juga: Tangani Kasus Keracunan Massal Karangpandan, Polres Karanganyar Periksa 5 Saksi
Purwati menyampaikan tidak boleh ada bakteri dan patogen lain pada makanan maupun minuman. Tetapi, Purwati mengungkapkan belum dapat menyimpulkan secara detail dari hasil pengecekan bakteri pada laboratorium Dinkes Karanganyar.
“Belum bisa menyimpulkan karena harus menunggu dari sana [laboratorium di Yogyakarta]. Kan harus disinkronkan. Pemeriksaan di sana melihat apakah ada pestisida, racun. Nanti kalau hasil dari laboratorium Yogyakarta keluar, baru bisa disimpulkan,” jelas dia.
Menurut artikel yang diunggah salah satu platform kesehatan digital di Indonesia, penyakit yang disebabkan bakteri E. coli akan berdampak lebih parah jika dialami anak-anak dan lansia.
“E. coli itu yang bikin gejala diare, muntah,” katanya.
Baca juga: Keracunan Massal Karangpandan Jadi KLB? Biaya Pengobatan Korban Ditanggung Pemerintah
Selain pengambilan sampel sisa makanan yang dikonsumsi warga, petugas Dinkes dan puskesmas setempat juga mengecek kondisi lingkungan sekitar tempat warga mengolah makanan. Purwati menerima informasi lokasi untuk memasak dinilai kurang higienis.
“Petugas cek ke lapangan, ternyata tempat memasak dekat kamar mandi yang tidak ditutup atau disekat. Dapur terbuka dan dekat dengan kamar mandi. Kami menyarankan saat mengolah makanan betul-betul diperhatikan tingkat kebersihan diri yang memasak maupun lingkungan sekitar memasak. Demi mengantisipasi kemungkinan terburuk,” jelasnya.