Langganan

Jumlah Penduduk 5 Kecamatan di Sragen Menurun, Terbanyak Sukodono - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 20 November 2022 - 13:37 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi Kartu Tanda Penduduk (KTP). (indonesia.go.id)

Esposin, SRAGEN -- Jumlah penduduk di lima kecamatan Kabupaten Sragen selama lima tahun terakhir turun sampai 2.323 orang. Kecamatan Sukodono menjadi daerah dengan angka penurunan paling banyak.

Penurunan data penduduk itu diketahui dari perbandingan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) 2017 dan DAK2 2022 yang diperoleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Advertisement

Jumlah penduduk Kecamatan Sukodono berkurang 1.325 jiwa. Disusul kemudian Kecamatan Sumberlawang yang jumlah penduduknya berkurang 758 jiwa. Sementara tiga kecamatan lainnya penurunannya tidak terlalu signifikan.

Perinciannya, Gesi berkurang 128 jiwa, Tangen berkurang 69 jiwa, dan Jenar 43 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Sukodono, Sragen, setiap tahunnya bisa mencapai 265 orang atau 22 orang per bulan.

Advertisement

Perinciannya, Gesi berkurang 128 jiwa, Tangen berkurang 69 jiwa, dan Jenar 43 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Sukodono, Sragen, setiap tahunnya bisa mencapai 265 orang atau 22 orang per bulan.

Ketua KPU Sragen, Minarso, saat dihubungi Esposin, Minggu (20/11/2022), mengungkapkan penurunan jumlah penduduk selama lima tahun terakhir itu menjadi fenomena tersendiri.

Baca Juga: Ini Perbandingan Jumlah Kursi Pemilu 2019 dan Pemilu 2024 di Sragen

Advertisement

“Faktornya banyak, barangkali faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah penduduk itu disebabkan kematian dan perpindahan penduduk atau bisa saja data yang dulu kurang akurat,” ujar Minarso.

Selain itu, Minarso menambahkan faktor yang mempengaruhi penambahan jumlah penduduk di Sragen itu bisa juga kelahiran yang tinggi dan kedatangan penduduk. Minarso mengatakan DAK2 ini hanya dipakai KPU untuk menentukan jumlah kursi.

Baca Juga: Ini Sebaran Kursi di Sragen Pada Pemilu 2024, Kursi di Dapil Sragen 3 Stagnan

Advertisement

Data yang dipakai untuk penentuan daftar pemilih tetap (DPT), ujar dia, tidak menggunakan DAK2 tetapi menggunakan Daftar penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang sama-sama didapat dari Kemendagri melalui KPU RI.

Dia menerangkan DP4 itu nanti masih dilakukan pencocokan dan penelitian oleh Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih). “Bisa jadi tahun lalu tidak punya hak pilih karena TNI/Polri tetapi tahun ini sudah punya hak pilih karena sudah pensiun atau sebaliknya," jelasnya.

"Tahun lalu tercatat masih hidup tetapi saat coklit ternyata sudah meninggal dunia dua hari lalu. Jadi di DP4 itu hanya orang yang umurnya 17 tahun ke atas yang dihitung tetapi di DAK2 itu mulai bayi lahir sudah dihitung,” imbuhnya.

Keberhasilan Program KB

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Sragen, Adi Siswanto, mengatakan untuk menganalisis penambahan atau penurunan jumlah penduduk itu faktor yang mempengaruhi hanya dinamika lahir, meninggal, dan pindah penduduk.
Advertisement

Baca Juga: DP2KBP3A Sragen Minta Semua Pihak Ikut Aktif Mencegah Pernikahan Anak

Dia mengatakan Dispendukcapil tidak memiliki wewenang untuk mengolah masalah demografi tetapi hanya menyajikan data saja. “Persoalannya data penduduk di Indonesia itu belum satu data tetapi ada dua data, yakni data di Dispendukcapil dan data di BPS [Badan Pusat Statistik],” ujarnya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Sragen, Udayanti Proborini, menyampaikan turunnya jumlah penduduk itu salah satunya dipengaruhi oleh program keluarga berencana (KB).

Dia melihat tingkat kesadaran warga untuk mengikuti program KB paling tinggi berada di utara Bengawan Solo, termasuk di lima kecamatan tersebut. Data penduduk yang harusnya ikut KB tetapi tidak mau KB menurutnya cenderung menurun.

"Artinya, banyak masyarakat yang sudah sadar ikut KB secara ktif. Pengurangan penduduk itu juga dipengaruhi adanya perpindahan penduduk dan faktor kematian. Adanya pandemi Covid-19 yang lalu kemungkinan juga berpengaruh,” jelasnya.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif