by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Kamis, 30 April 2020 - 08:00 WIB
Jumlah pasien RS di Sragen anjlok disinyalir karena warga takut ke RS atau menahan sakit supaya tidak masuk RS. Selain itu juga karena pembatasan pelayanan di RS.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, yang juga salah satu pemilik RSI Amal Sehat Sragen saat berkunjung ke Mojodoyong, Kedawung, Sragen, Selasa (28/4/2020), RS sepi. Menurutnya RS sekarang tidak ada isinya karena orang takut.
“Seperti di RSI Amal Sehat dalam sepekan terakhir hanya ada 10-20 pasien padahal biasanya banyak. Warga tidak berani ke RS sehingga menjadi sepi. Orang takut sakit tetapi ditahan,” ujarnya.
“Seperti di RSI Amal Sehat dalam sepekan terakhir hanya ada 10-20 pasien padahal biasanya banyak. Warga tidak berani ke RS sehingga menjadi sepi. Orang takut sakit tetapi ditahan,” ujarnya.
Direktur RSUD dr Soeratno Gemolong, Sragen, dr Agus Trijono, pun saat dihubungi Esposin, Rabu (29/4/2020), menyampaikan secara umum terjadi penurunan jumlah pasien hampir 50%.
Resep Semur Ayam Kecap Spesial untuk Sahur
Agus melihat turunnya jumlah pasien di RS Sragen tersebut disebabkan beberapa faktor, seperti wabah Covid-19 dan mungkin adanya pembatasan pelayanan. Dia menjelaskan selama krisis Covid-19, RSUD Sragen mengedukasi pasien, keluarga, serta pengunjung untuk menjaga situasi kondusif.
“Misalnya, kami melakukan pembatasan jumlah dan jam kunjungan pasien rawat jalan, memberlakukan pemakaian masker bagi semua pasien dan pengantarnya. Sampai pada pembatasan jumlah pendamping pasien rawat inap yang tidak boleh besuk tetapi hanya ditunggui maksimal dua orang untuk meminimalisasi risiko penularan,” jelasnya.
Janda Tua Sebatang Kara di Sragen Dapat Sembako dari Dinsos
Dia mengatakan situasi seperti itulah yang kemungkinan menyebabkan pasien lebih selektif berobat ke RS. Dia menilai mereka tidak akan berobat atau periksa ke RS kalau tidak mendesak sekali sakitnya.
Kondisi serupa juga terjadi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Wakil Direktur Pelayanan RSUD Sragen, dr. Joko Haryono, menyampaikan penurunan jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan hampir sama, yakni sekitar 50%. Dia menyebut jumlah pasien rawat inap yang biasanya 290 orang menjadi 138 orang per hari ini.
“Faktornya yak arena hanya pasien-pasien emergency saja yang kami terima. Artinya, ada pembatasan pelayanan. Kebijakan pembatasan itu dilakukan mulai 20 April lalu,” jelasnya.
Cerita Perantau Dikarantina Di Grha Wisata Solo: Sing Jelas Diopeni, Makan Sehari Bisa 4 Kali