by Bc - Espos.id Solopos - Senin, 21 November 2022 - 19:26 WIB
ESPOS.ID - Salah satu prosesi peringatan Hari Jumenengan (naik takhta) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro VI ke-126 tahun. (Istimewa)
Esposin, SOLO -- Pengelola Situs Cagar Budaya Astana Oetara bersama Paguyuban Warga Nusukan Berbudaya (Pagernaya) menyelenggarakan kegiatan peringatan Hari Jumenengan (naik takhta) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro VI ke-126 tahun.
Acara peringatan naik takhta KGPAA Mangkunagoro VI ke-126 tahun bertempat di Situs Cagar Budaya Astana Oetara, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Rangkaian kegiatan berupa doa bersama dan budaya diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan masyarakat sekitar kepada sosok Mangkunagoro VI.
KGPAA Mangkunegoro VI diangkat menjadi pemimpin Kadipaten Mangkunegaran pada 21 November 1896. Ketua Perkumpulan Badan Hukum Soejono Soewasti, KRMH Suryo Danisworo, menyampaikan peringatan Jumenengan ini merupakan acara tahunan.
"Diselenggarakan di Situs Cagar Budaya Astana Oetara untuk mengingat jasa dan pemikiran progresif beliau dalam membangun dan mengembangkan perekonomian, pendidikan, sosial, dan budaya di Kadipaten Mangkunegaran," katanya melalui siaran pers yang diterima Esposin, Senin (21/11/2022).
"Diselenggarakan di Situs Cagar Budaya Astana Oetara untuk mengingat jasa dan pemikiran progresif beliau dalam membangun dan mengembangkan perekonomian, pendidikan, sosial, dan budaya di Kadipaten Mangkunegaran," katanya melalui siaran pers yang diterima Esposin, Senin (21/11/2022).
Prosesi peringatan Jumenengan diawali dengan doa bersama hingga siang hari. Kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan warga dari Kelurahan Nusukan atau warga di sekitar lokasi Situs Cagar Budaya Astana Oetara, dan masyarakat dari wilayah lain.
Baca Juga : Nyadran di Solo, Airlangga Ziarahi Makam Keluarga di Astana Oetara
Kegiatan dilanjutkan pada malam hari dengan lantunan Tembang Macopatan yang dipersembahkan oleh Paguyuban Macopat dan Laras Madyo Pagernaya. Lantunan Macopatan ini bertujuan mengingat petuah leluhur dalam menjalankan hidup yang selaras dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan norma-norma masyarakat Jawa dalam menjaga keharmonisan hidup yang diajarkan oleh leluhur.
Sebelumnya Paguyuban Macopat dan Laras Madyo Pagernaya pernah mendapatkan rekor MURI dengan menampilkan lantunan Macopat Laras Madyo selama 60 jam non-stop.
Prosesi peringatan ditutup dengan Prosesi Ganti Langse atau mengganti Tirai Penutup Makam. Puncak acara tersebut merupakan prosesi yang syarat dengan makna syukur dan wujud kecintaan masyarakat dalam melestarikan peninggalan budaya.
Dalam prosesi ini dilakukan arak-arakan dari Pendopo Handayaningrat yang ada di lokasi ke cagar budaya Kedaton Makam Mangkunegoro VI. Prosesi Ganti Langse diselenggarakan dengan penuh khidmat diiringi doa yang dipimpin sesepuh dan ditutup dengan tabur bunga oleh kerabat dan keturunan Mangkunegoro VI.
Baca Juga : Mangkunegaran Ruwahan, Paundra Nyekar ke Astana Oetara Nusukan Solo
"Sebagai situs cagar budaya, sudah merupakan kewajiban kami untuk mempertahankan dan meneruskan nilai-nilai budaya kepada masyarakat. Sosok Mangkunegoro VI adalah pemimpin yang revolusioner. Kemampuan beliau menggabungkan nilai-nilai tradisional dan modern dalam menjalankan kepemimpinan sangat relevan untuk ditiru oleh generasi penerus," ujarnya.
“Melalui sinergi yang kuat dengan masyarakat sekitar kami berharap kegiatan ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat serta menambah kekayaan budaya dan nilai sejarah kota Surakarta," imbuhnya.