by Muh Khodiq Duhri - Espos.id Solopos - Selasa, 23 Juni 2020 - 18:42 WIB
Putusnya jembatan tersebut membuat warga di sembilan dukuh terisolasi. Warga harus mencari jalan keluar karena jembatan itu menjadi satu-satunya akses menuju permukiman terpencil di tepi Waduk Kedung Ombo (WKO) yang masuk wilayah Sragen.
Sejak jembatan itu putus pada 13 April 2019 lalu, warga sekitar langsung bergotong royong membangun jembatan sesek di wilayah Miri, Sragen. Pada awalnya jembatan sesek yang terbuat dari bambu dan glugu atau batang pohon kelapa itu dibangun dibekas jembatan yang terputus.
Pernah Viral, Utari Si Bakul Cilok Cantik di Boyolali Sudah Menikah?
Pernah Viral, Utari Si Bakul Cilok Cantik di Boyolali Sudah Menikah?
Rombongan warga yang berangkat jagong sempat tertahan di lokasi akibat jembatan sesek di Miri Sragen ambrol pada Maret 2020 lalu.
Sejak saat itu, warga membangun jembatan sesek di sebelah jembatan utama yang putus. Lokasi itu dipilih lantaran proyek pembangunan jembatan penghubung senilai Rp948 juta dimulai pada Mei 2020.
Hati-Hati! 4 Tempat Ini Sumber Penularan Covid-19
Rata-rata pengendara sepeda motor itu merupakan pelajar. Jembatan sesek sepanjang 50 meter itu hanya bisa dipakai satu arah. Dengan begitu, pengguna jalan dari arah berlawanan harus rela bergantian untuk melintasi jembatan sesek itu.
“Peran jembatan sesek ini sangat vital bagi warga. Selama setahun, warga memanfaatkan jembatan sesek. Untuk kendaraan roda empat harus memutar arah melintasi wilayah Kemusu dengan medan jalan yang rusak berat,” jelas Sekretaris Desa Gilirejo Baru, Jumiko, saat ditemui wartawan di lokasi.
Selain dimanfaatkan pelajar, jembatan sesek di Miri Sragen itu juga dimanfaatkan warga sekitar menuju ladang hingga pasar. Meski tidak layak sebagai akses jalan, jembatan sesek itu menjadi urat nadi perekonomian dan pendidikan. Tanpa jembatan sesek itu, perekonomian dan pendidikan warga tidak bisa jalan.
Bejat! Guru Olahraga di SMP Karanganyar Cabuli Murid hingga Hamil
“Meski sudah ambrol dua kali, warga membangun jembatan sesek itu secara swadaya. Jumlah biayanya berapa tidak terhitung. Sebab, warga memanfaatkan apa yang mereka punya seperti bambu dan kayu. Pembangunan jembatan sesek itu dilakukan secara gotong royong sehingga biayanya bisa ditekan,” jelas Jumiko.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen, Marija, mengungkapkan meski berada di daerah terpencil, Desa Gilirejo Baru sudah disasar proyek perbaikan jalan sejak beberapa tahun terakhir.
“Kondisi jalan di Desa Gilirejo Baru sudah baik. Cuma akses menuju desa itu melintasi wilayah Andong dan Kemusu di Kecamatan Boyolali. Kebetulan jalan menuju Desa Gilirejo Baru yang melintasi jalan di Kabupaten Boyolali itu rusak parah,” terang Marija.