Langganan

Jangan Sepelekan! Pola Asuh Orang Tua Berdampak hingga Anak Dewasa - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Rabu, 28 Agustus 2024 - 17:54 WIB

ESPOS.ID - Tangkapan layar Dokter spesialis kejiwaan RSUD dr Moewardi Solo, Gusti Ayu Maharatih dalam acara Kopi Manis Moe dengan tema Pola Asuh Anak: Berdampak Saat Anak Saja atau Sampai Dewasa? yang disiarkan Youtube RSUD dr Moewardi, Rabu (28/8/2024). (Istimewa)

Esposin, SOLO--Dokter spesialis kejiwaan RSUD dr Moewardi Solo, Gusti Ayu Maharatih menyampaikan bahwa pola asuh orang tua berdampak pada kondisi anak saat dewasa. Karenanya, dia meminta para orang tua untuk lebih bijak memilih jenis pola asuh yang tepat untuk sang buah hati.

Maharatih, sapaannya, mengatakan secara umum dan yang banyak diketahui pola asuh terbagi menjadi tiga jenis atau tipe, yakni pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Dimana setiap pola asuh punya dampak yang berbeda-beda pada anak hingga usianya dewasa.

Advertisement

“Pola asuh otoriter ini indikasinya adalah orang tualah yang punya kuasa penuh pada anak, selalu memberikan instruksi kepada anak dan posisi anak tersebut seolah tidak diberi ruang untuk menyampaikan pendapatnya atau mengembangkan potensi sesuai apa yang ia miliki,” kata Maharatih dalam acara Kopi Manis Moe yang disiarkan Youtube RSUD dr Moewardi, Rabu (28/8/2024).

Menurut dia, orang tua yang memilih pola asuh otoriter disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah orang tua tersebut mengalami kekerasan baik fisik maupun psikis baik saat kecil maupun saat berumah tangga sehingga memicu trauma.

Advertisement

Menurut dia, orang tua yang memilih pola asuh otoriter disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah orang tua tersebut mengalami kekerasan baik fisik maupun psikis baik saat kecil maupun saat berumah tangga sehingga memicu trauma.

Bagi anak-anak yang mendapatkan pola asuh yang otoriter, kata dia, akan punya rasa ketergantungan yang tinggi. Kemudian anak tersebut cenderung merasa takut salah, potensinya tidak berkembang, tidak punya kepekaan sosial, dan muncul gangguan kepribadian.

“Pola asuh otoriter ini dampaknya bisa dua, pertama si anak mungkin bisa saja nurut sampai dewasa. Namun ada kemungkinan juga karena sering dikekang dan terlalu dibatasi saat dewasa ia berontak dan merasa berhak untuk melawan,” ujar dia didampingi host Siti Wahyuni.

Advertisement

Pola asuh ini, kata dia, bisa membantu tumbuh kembang anak lebih optimal. Selain itu, potensi anak berkembang, dan punya pola pikir yang baik layaknya orang dewasa.

“Pola asuh demokratis ini bisa dikatakan sebagai bentuk kasih sayang, karena orang tuanya tidak otoriter, tidak terbiasa membentak, dan tutur katanya datar dan lembut. Yang perlu diingat dalam pola asuh ini jangan sampai terlalu over dalam memuji dan over dalam memberikan kebebasan. Artinya harus disesuaikan dengan usia dan tumbuh kembangnya,” jelas dia.

Demokratis termasuk bentuk kasih sayang, bicaranya tidak otoriter, tidak membentak, membiasakan tutur kata yang datar dan lembut. Jangan berlebihan memuji juga, over tetap dalam batasan

Advertisement

Ketiga, lanjut dia, adalah pola asuh permisif atau pemberian kebebasan atau mengutamakan kenyamanan atau memanjakan anak. Dia menilai orang tua yang memilih pola asuh ini disebabkan banyak faktor, seperti anak tersebut sebetulnya tidak diharapkan, tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari suami saat mengandung, hingga orang tua yang tidak punya waktu berkualitas kepada anak-anak entah karena sibuk bekerja atau hal lainnya.

Dampak pola asuh permisif ini, kata dia, tergolong tidak baik. Anak-anak tersebut akan bunya sifat bossy atau berlagak raja baik di rumah maupun luar rumah. Anak tersebut juga cenderung tidak disukai teman-temannya karena banyak menuntut, daya juangnya rendah, dan mentalnya lemah.

“Anak-anak yang mendapatkan pola asuh permisif cenderung rentan apabila memperoleh stressor-stressor (permasalahan) hidup baik psikologis maupun non psikologis. Karena dia selalu mendapatkan apa saja yang ia inginkan dari orang tuanya dan ketika hal tersebut tidak mereka dapatkan dalam hidup pada momen tertentu mereka mudah stres,” terang dia.

Advertisement

Konsultan anak dan remaja ini meminta orang tua agar tidak terlalu sering memberikan mainan gawai atau smartphone kepada anak-anak seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Dia menuturkan bahwa jika “pola asuh HP” diteruskan akan menimbulkan banyak dampak negatif, seperti anak telat bicara, mudah tantrum, gangguan geloimban listrik hingga epilepsi.

“Coba kita lihat sekarang, anak nangis dikasih HP, makan bareng HP, tidur bareng HP, dan banyak aktivitas lainnya. Nah, pola asuh ini harus dihentikan sebelum menjadi ketergantungan,” kata dia.

 
Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif