by Shoqib Angriawan Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Minggu, 16 Maret 2014 - 14:45 WIB
Pantauan Esposin di lokasi, lubang yang terletak di sisi barat jembatan itu sangat parah karena sudah tidak memiliki landasan. Lubang itu memiliki ukuran panjang hampir 1 meter dan lebar 50 sentimeter (cm). Warga pun menambal lubang pada jembatan secara swadaya dengan material seperti pasir, kayu dan kerikil.
Akibat perbaikan tersebut, arus lalu lintas menjadi sedikit tersendat. Jalan pada jembatan juga hanya dibuka satu jalur dengan sistem buka tutup untuk menghindari kecelakaan.
Selain itu, pengguna jalan bahkan harus memperlambat laju kendaraan karena besarnya lubang di tengah lantai jembatan tersebut. Tidak jarang kendaraan yang nekat melaju di jalur yang berlawanan karena tidak sabar menunggu antrean.
Kerusakan jembatan itu diperparah dengan banyaknya truk galian C yang melintas. Bahkan, jembatan yang memiliki panjang 20 meter dan lebar 6 meter yang selesai dibangun pada 1972 akan terasa bergoyang saat truk melewati jembatan yang berlubang itu. Selain itu, pagar pembatas pada jembatan juga nyaris roboh.
Salah satu warga Poitan, Jagalan, Trimakno, 36, menjelaskan jembatan yang menjadi penghubung jalur evakuasi pengungsi Gunung Merapi ke barak di Desa Demak Ijo, Karangnongko tersebut sudah rusak sejak beberapa tahun terakhir. Jalan tersebut juga menjadi jalan utama untuk akses ke beberapa desa di kawasan setempat.
Kerusakan jembatan itu disebabkan banyaknya truk galian C yang nekat melintasi jalan tersebut. Padahal, jalan tersebut bukan jalur resmi galian C. Rata-rata truk galian C yang melintas adalah yang menuju ke arah Boyolali.
Hingga saat ini, kerusakan sudah ada sekitar 4 titik yang jebol di jembatan poitan. “Warga sudah berkali-kali menambal, tapi tetap saja jebol karena dilewati truk galian C,” paparnya kepada wartawan di lokasi, Sabtu.