Langganan

Jajak Pendapat Forasi Sragen: 132 Anak Terpapar Kekerasan Berbasis Gender - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 26 Juli 2024 - 15:20 WIB

ESPOS.ID - Para pengurus Forasi Sragen melakukan kegiatan belajar bermedia sosial yang cerdas dalam Forasi Goes to School di SMPN 2 Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Forasi Sragen)

Esposin, SRAGEN—Berdasarkan jajak pendapat  yang dilakukan Forum Anak Sukowati (Forasi) Sragen terhadap 254 anak di Kabupaten Sragen pada 2023 diketahui sebanyak 52% responden atau 132 anak terpapar kekerasan berbasis gender (KBG) terutama pelecehan dan ekspolitasi seksual anak secara online atau online child sexual exploitation and abuse (OCSEA).

Data tersebut diungkapkan Pendamping Forasi Sragen, Diah Nursari, kepada Esposin, Jumat (26/7/2024). Peristiwa OCSEA tersebut biasa ditemui anak di media sosial. Atas dasar banyaknya kasus tersebut Forasi Sragen melakukan gerakan Forasi Goes to School untuk mengedukasi para siswa SMP dan SMA agar cerdas dalam menggunakan media sosial (medsos).

Advertisement

Diah menerangkan biasanya anak-anak itu mengaku melihat adanya KBG OCSEA itu lewat Instagram, Facebook, dan Tiktok atau chat yang menjurus atau mengarah pada materi berbau pornografi. Dia menyebut contoh kasus yang ditemukan tentang adanya Hallo Dek,  grooming, dan seterusnya. Dia menjelaskan  grooming itu adalah semacam modus pelecehan seksual yang membuat korban akrab dengan pelaku dan berujung pada eksploitasi dan manipulasi terhadap korban.

“Ya, seperti bujuk rayu. Awalnya pertemanan yang kemudian mengarah ke rayuan. Kondisi sekarang media sosial itu seperti sudah tidak ada batas. Antisipasinya ya dengan bermedia sosial secara cerdas,” jelas Diah.

Advertisement

“Ya, seperti bujuk rayu. Awalnya pertemanan yang kemudian mengarah ke rayuan. Kondisi sekarang media sosial itu seperti sudah tidak ada batas. Antisipasinya ya dengan bermedia sosial secara cerdas,” jelas Diah.

Upaya pencegahan yang dilakukan Forasi, jelas dia, dengan membuat program Forasi Goes to School ke sekolah-sekolah dengan memanfaatkan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) bagi siswa baru. Dalam program tersebut, kata dia, Forasi menekankan adanya pemahaman tentang gender, pencegahan OCSEA dan gerakan Jogo Konco. Dia mendapatkan laporan dari anak-anak Forasi kalau banyak anak yang jadi korban atau terpapar OCSEA tetapi belum menyadarinya kalau sebenarnya apa yang mereka lihat di media sosial itu sebuah kekerasan.

“Forasi Goes to School ini lahir karena adanya penyalahgunaan medsos oleh pelaku kejahatan dan banyak anak yang menjadi korban OCSEA. Lewat program itu, Forasi juga mengenalkan peran forum anak sebagai pelopor dan pelapor dan mengajak anak-anak di Sragen untuk menggunakan medsos secara cerdas,” ujarnya.

Advertisement

Dalam kesempatan itu, kata Diah, Forasi  Sragen juga mengenalkan tentang gender yang bermakna perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan yang dinilai dari tingkah laku. Jadi gender itu, jelas dia, pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan norma, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.

Kekerasan berbasis gender itu, sebut Diah, dapat berupa kekerasan fisik, verbal, seksual, dan ekonomi kepada seseorang berdasarkan gender mereka. Tindakan tersebut, ujar dia, berakar pada masalah tentang ketidaksetaraan gender, penyalahgunaan kuasa, dan norma-norma yang berbahaya.

Wakil Ketua Forasi Sragen, Sasa Widya, menyampaikan Forasi sebagai pelopor dan pelapor mengajak anak-anak Sragen juga berperan menjadi pelopor dan pelapor lewat Forasi Goes to Schoool. Sasa menerangkan Forasi ingin menebarkan informasi dan edukasi positif kepada anak-anak di Sragen, utamanya mengedukasi tentang bahaya bullying dan bagaimana mereka mencegah dan menghindarinya.

Advertisement

“Selain itu, Forasi juga mengedukasi pencegahan OCSEA agar mereka bisa menghindari. Ketika menjumpai hal yang mengarah ke OCSEA maka harus berani menyampaikan hak mereka yang terancam. Untuk menjaga antarteman lewat kegiatan Jogo Konco dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Sekolah itu tempat belajar dan bersosialisasi,” ujarnya.

Berikut bentuk-bentuk OCSEA

  1. Streaming langsung : eksploitasi dan pelecehan yang dilakukan, disebarkan secara live melalui Internet.
  2. Sectortion : menggunakan gambar yang pernah dibagikan untuk memeras bantuan seksual, uang, atau keuntungan lainnya.
  3. Sexting : perbuatan gambar seksual sendiri, merekam sendiri, dan membagikan kepada orang lain.
  4. Grooming online : orang dewasa yang membangun hubungan dengan anak secara langsung atau melalui penggunaan Internet.
Pencegahan OCSEA
  1. Tidak membagikan informasi, foto, atau video pribadi secara berlebihan kepada orang lain.
  2. Hindari obrolan atau chatting berbau sexist
  3. Mengubah password media sosial secara berkala
  4. Berani menolak dengan tegas ajakan yang mengarah pada aktivitas seksual.
Sumber: Forasi Sragen.
Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif