by Bimo Enza Ansori - Espos.id Solopos - Kamis, 25 Juli 2024 - 16:05 WIB
Esposin, KARANGANYAR–Masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) menjadi suatu momen adaptasi anak dari suatu jenjang pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. MPLS seringkali tak hanya berisikan kegiatan pengenalan sekolah, tetapi juga diselingi dengan berbagai kegiatan lain yang inovatif seperti beberapa SMP di Colomadu.
SMPN 1 Colomadu mengambil tema bahaya bullying dan kekerasan seksual pada MPLS. Hal itu diakui Wakil Kepala SMPN 1 Colomadu Bidang Kesiswaan, Jamaluddin, saat dimintai keterangan pada Rabu (24/7/2024).
“Sebagaimana yang diamanatkan dari pemerintah melalui Dinas Pendidikan Budaya Karanganyar, tema yang kami ambil adalah tentang bahaya bullying dan kekerasan seksual. Jadi kami lebih menekankan ke hal itu, karena di beberapa waktu akhir ini tema itu kan mencuat menjadi tema nasional [yang] dibahas di berbagai media akan adanya kasus bullying dan kekerasan seksual. Jadi ini kami munculkan tema itu dan kita jadikan titik tekannya di situ," papar Jamaluddin.
Jamaluddin menambahkan MPLS tak hanya berisikan tentang pengenalan lingkungan sekolah, namun juga tentang materi bahaya bully dan kekerasan seksual supaya masa belajar siswa selama 3 tahun di SMP dapat terasa nyaman.
Jamaluddin menambahkan MPLS tak hanya berisikan tentang pengenalan lingkungan sekolah, namun juga tentang materi bahaya bully dan kekerasan seksual supaya masa belajar siswa selama 3 tahun di SMP dapat terasa nyaman.
“Jadi emang MPLS ini kita lebih kepada pendidikan, jadi anak-anak benar-benar kita kenalkan dan edukasi akan bahaya bully. Dalam pergaulan sehari-hari kan maksudnya mungkin gojekan, seperti manggil dengan nama orang tua dan sebagainya. Itu yang sering terjadi, tetapi di satu sisi anak yang bersangkutan itu kurang terima sehingga nanti ya muncul permasalahan-permasalahan yang lainnya sehingga agar nyaman ketika mereka baru masuk pertama kali [di SMPN 1 Colomadu],” tutur Jamaluddin.
“Kita tekankan hal-hal tersebut adalah suatu hal yang tidak perlu dilakukan agar nanti 3 tahun kedepan belajar di SMP ini juga merasa nyaman,” ujarnya.
“Itu tanggal 5 Agustus, hasil dari kerajinan ini akan kita pilih beberapa yang akan kita bawa saat CFD,” kata Jamaluddin.
Sama seperti SMPN 1 Colomadu, SMPN 2 Colomadu juga mengadakan MPLS dengan materi bahaya perundungan. Kepala SMPN 2 Colomadu, Purwanto, menuturkan kegiatan MPLS di SMPN 2 Colomadu ditutup dengan kegiatan deklarasi anti bullying.
“Anak-anak mengucapkan dan mengikrarkan bersama, kemudian setelah berikrar itu [mereka] menandatangani deklarasi anti bullying tersebut dalam MMT yang besar dan juga anak-anak ini kita beri tugas membuat poster anti bullying yang kita pajang agar semua dapat keliling membaca,” tutur Purwanto.
Ia berharap bahwa setelah MPLS, siswa dapat benar-benar akan mengenali lingkungan sekolah kita, kemudian bisa segera beradaptasi dan belajar dengan nyaman. “Sehingga anak-anak itu ketika belajar dengan nyaman itu nanti akan sesuai dengan yang dicita-citakan,” kata Purwanto.
Sementara kegiatan MPLS SMPN 3 Colomadu diselipkan dengan materi pemilahan sampah. “Itu melibatkan yayasan Gita Pertiwi, yang menyosialisasikan biar anak-anak tahu ternyata sampah ini akan dikelola dengan cara apa,” papar Sarno, Wakil Kepala SMPN 3 Colomadu Bidang Kesiswaan.
Salah satu anggota tim panitia MPLS SMPN 3 Colomadu, Gilang, mengakui kegiatan pemilahan sampah sudah berlangsung bertahun-tahun di SMPN 3 Colomadu sehingga MPLS ini digunakan untuk menyosialisasikan hal tersebut supaya selama menjadi siswa di SMPN 3 Colomadu para siswa dapat mengerti bagaimana memilah sampah yang baik dan benar.
“Kami sudah melaksanakan memilah sampah. Jadi sampah itu kita pilah mana yang organik, non organik dan sampah yang berbahaya. Ke depannya kita coba untuk bisa tidak menggunakan sampah plastik sekali pakai,” papar dia.