Langganan

INFRASTRUKTUR SRAGEN : Aksi Tutup Jeglongan Sewu Berefek, Jalan Berdebu dan Ganggu Kesehatan Warga - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Moh. Khodiq Duhri Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 16 Maret 2017 - 21:15 WIB

ESPOS.ID - Debu jalanan terlihat pekat di ruas Jl. Agus Salim atau Ring Road Selatan, kawasan Tatan, Kroyo, Karangmalang, Kamis (16/3/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Sragen, warga di sekitar ring road selatan terganggu dengan pekatnya debu jalan.

Esposin, SRAGEN -- Upaya menutup lubang jalan (jeglongan sewu) dengan menimbun pasir dan batu (sirtu) serta tanah padas memunculkan masalah baru. Warga di sekitar jalan rusak itu mengeluhkan gangguan pada tenggorokan dan saluran pernapasan karena kerap menghirup udara kotor akibat debu yang beterbangan.

Advertisement

Pantauan Esposin di Ring Road Selatan, Jl. Agus Salim, Kamis (16/3/2017), debu pekat menyelimuti jalanan ketika kendaraan berat melintasi jalan itu. Debu yang pekat itu mengakibatkan jarak pandang terbatas. Sejumlah pengendara sepeda motor memilih menutup hidung karena tidak mau menghirup debu itu.

Hal serupa dilakukan warga sekitar. Aktivitas sehari-hari mereka terganggu polusi udara. “Terus terang saya tidak bisa bekerja tanpa mengenakan masker. Sudah pakai masker saja masih terganggu dengan debu itu. Debu itu membuat saya tidak fokus bekerja. Terlalu lama menghirup udara kotor membuat tenggorokan saya meradang,” kata Siswanto, 35, warga Tatan, Kroyo, Karangmalang, saat ditemui Esposin di lokasi.

Advertisement

Hal serupa dilakukan warga sekitar. Aktivitas sehari-hari mereka terganggu polusi udara. “Terus terang saya tidak bisa bekerja tanpa mengenakan masker. Sudah pakai masker saja masih terganggu dengan debu itu. Debu itu membuat saya tidak fokus bekerja. Terlalu lama menghirup udara kotor membuat tenggorokan saya meradang,” kata Siswanto, 35, warga Tatan, Kroyo, Karangmalang, saat ditemui Esposin di lokasi.

Siswanto yang membuka bengkel di rumahnya menjelaskan kerusakan jalan itu sudah terjadi sejak tiga bulan lalu. Sejak pekan lalu hingga Rabu (15/3/2017), sejumlah petugas dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menguruk jalan rusak itu menggunakan sirtu plus tanah padas.

Dia mengakui pengurukan jalan rusak dengan sirtu dan padas itu bisa menjadi solusi untuk menutup jalan berlubang. Meski begitu, solusi itu tidak berlangsung lama.

Advertisement

Hal senada dikatakan Agus Haryanto, warga Gunungsari, Mojokulon, Sragen. Dia mengaku memiliki dua anak balita masing-masing berusia 1,5 tahun dan 4,5 tahun. Setiap hari anaknya itu batuk-batuk dan sesak napas karena banyak menghirup udara kotor.

Debu itu tak hanya mengotori bagian depan dan atap rumahnya. Debu itu masuk melalui celah lubang ventilasi dan atap. “Mau tidur di rumah sendiri saja tidak nyaman. Kami juga tidak punya tempat yang aman untuk menyimpan makanan. Kami harus menutup meja makan dengan plastik. Sebagian makanan harus disimpan dalam kulkas, termasuk gorengan,” papar Agus.

Agus kerap menyiram sendiri jalanan itu menggunakan air PDAM. Dia memperkirakan tagihan air PDAM pada bulan ini bakal membengkak. Meski begitu, hal itu terpaksa dia lakukan supaya kedua anaknya terbebas dari polusi debu.

Advertisement

“Sudah lebih dari tiga jam, air dalam keran tidak saya matikan. Air itu saya alirkan ke jalanan untuk mengurangi debu,” kata dia.

Agus mengakui pengurukan lubang jalan dengan sirtu dan tanah padas itu bermanfaat bagi pengguna jalan. Meski begitu, ada dampak buruk yang dirasakan pengguna jalan sekaligus warga sekitar.

“Dulu kerap ada truk yang mogok karena as rodanya patah ketika melewati lubang jalan. Sejak lubang jalan ditutup, sudah tidak ada lagi truk mogok. Tapi, mestinya dibarengi dengan penyiraman jalan secara berkala. Bukan dibiarkan begitu saja,” terang Agus.

Advertisement

 

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif