Langganan

Hidden Gem di Pasar Jongke Solo, Ada Puluhan Lapak Khusus Barang Antik - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 10 September 2024 - 06:00 WIB

ESPOS.ID - Salah satu pedagang Pasar Antikan Jongke, Heri Supriyanto, menunjukan keris yang dijualnya di lantai III Pasar Jongke, Solo, Senin (9/9/2024) siang. (Solopos/ Ahmad Kurnia Sidik)

Esposin, SOLO -- Puluhan lapak di lantai III Pasar Jongke Solo ibarat hidden gem bagi para pemburu dan kolektor barang-barang antik dan lawasan. Berbagai barang yang biasanya hanya dijual di Pasar Triwindu atau Pasar Klithikan Notoharjo bisa dijumpai di lapak tersebut.

Terletak di Jl Dr Radjiman, Kecamatan Laweyan, Solo, Pasar Jongke sebelumnya lebih dikenal sebagai pasar tradisional yang menjual bahan pangan dan barang-barang lain yang biasa dijual pasar tradisional. Namun siapa sangka di pasar ini ternyata juga banyak lapan yang menjual barang antik.

Advertisement

Karena itu, pasar yang sempat membuat kaget Presiden Jokowi karena kemegahannya ini juga cocok dijadikan salah satu tujuan bagi para kolektor barang-barang lawasan.

Lokasi tepatnya di bagian timur lantai III Pasar Jongke, satu lantai bersama dengan pedagang oprokan dan kuliner. Di situ, pengunjung akan menemukan puluhan pedagang dengan beragam barang yang dijual, mulai dari hiasan rumah seperti patung, jam, lampu, dan pernik-pernik lainnya, hingga keris, buku, cincin, beserta beragam bebatuannya.

Advertisement

Lokasi tepatnya di bagian timur lantai III Pasar Jongke, satu lantai bersama dengan pedagang oprokan dan kuliner. Di situ, pengunjung akan menemukan puluhan pedagang dengan beragam barang yang dijual, mulai dari hiasan rumah seperti patung, jam, lampu, dan pernik-pernik lainnya, hingga keris, buku, cincin, beserta beragam bebatuannya.

Tak hanya itu, saat Esposin menyambangi lokasi itu pada Senin (9/9/2024), tampak pula lapak penjahit dan beragam jenis buka di situ dan bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung.

Para pedagang barang antik di Pasar Jongke Solo tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Antikan Jongke (PPPAJ). Ketua PPPAJ, Sandy, menyampaikan setidaknya ada 33 pedagang yang terdaftar sebagai anggota paguyuban itu.

Advertisement

“Pembelinya bukan hanya dari Solo, banyak dari luar kota, Jogja, Semarang, dan lain-lain. Karena di sini terkenal lebih murah dibanding pasar antik lainnya. Selain itu, kami juga rata-rata menjual [via] online, di Facebook, WhatsApp, Tiktok,” katanya.

Hal itu terjadi karena beragam faktor. Di antaranya lokasi yang berada di lantai III, serta kurangnya promosi dari pengelola pasar akan adanya lapak barang-barang anti di situ.

Karena itu dia berharap ada upaya promosi yang lebih masif lagi. Sementara saat ditanya apakah sebelumnya paguyuban sudah mengusahakan untuk membuat promosi secara mandiri, ia menjawab telah mengupayakan melalui beragam media sosial.

Advertisement

“Orang yang mampir ke sini [lantai III] ya mungkin cuma kesasar. Kami jarang kena ekspos. Sudah habis di lantai I dan II. Termasuk bantuan-bantuan kami pun jarang dapat juga,” pungkasnya.

Salah satu pedagang barang antik di Pasar Jongke, Heri Supriyanto, menambahkan mulanya para pedagang barang antik di pasar itu berjualan di daerah Baron. “Tepatnya di Jl Dr Radjiman, Baron, pada saat wali kotanya Pak Rudy [FX Hadi Rudyatmo],” kata dia.

Namun, lanjut dia, sempat ada keluhan warga sekitar yang menyebabkan para pedagang itu harus pindah dengan tiga pilihan tempat, yakni Pasar Jongke, Pasar Ayu Punggawan, dan Pasar Penumping. Para pedagang memilih Pasar Jongke sebagai tempat berjualan dan sejak itulah berdiri PPPAJ.

 Buka sampai Malam

Adapun alasannya, kata dia, saat itu Pasar Jongke belum dilirik untuk direvitalisasi sehingga memungkinkan adanya tempat untuk mereka membuka lapak. “Kami tidak bisa ke Pasar Triwindu atau Pasar Notoharjo karena macam-macam yang dijual kami ini, ada warungan, ada kain-kain, dan sebagainya. Selain itu juga di sana sudah penuh,” kata dia.
Advertisement

Seiring berjalannya waktu dan saat Pasar Jongke direvitalisasi, PPPAJ juga turut berpindah ke pasar darurat di Lapangan Jegon, Kecamatan Laweyan. Setelah revitalisasi pasar rampung, para pedagang barang antik ditempatkan di lantai III Pasar Jongke.

Heri menjual barang antik dengan beragam bentuk, mulai dari patung, jam, lampu, hingga keris. Ia buka mulai sekitar pukul 09.30 WIB tiap harinya dan tutup sekitar pukul 23.00 WIB.

“Di pasar yang lama, karena lokasinya di bawah, kami sering mengadakan hiburan organ tunggal sambil melelang. Sekarang enggak bisa,” kata dia.

Sementara yang bisa ia lakukan saat ini yakni mengenalkan lagi lokasi tempatnya membuka lapak di tempat baru itu melalui media sosial. Heri menjual barang-barang antik mulai dari Rp1.000 hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kelangkaan dan peminat.

“Yang seribuan rupiah itu seperti koin-koin antik, barang yang termahal pernah saya jual itu patung seharga Rp3,5 juta,” katanya.

Sama seperti Sandy, Heri pun berharap agar ada upaya promosi yang lebih masif lagi dari pengelola pasar untuk menginformasikan keberadaan pedagang yang tergabung dalam PPPAJ.

“Selain itu, kami juga sedang mengupayakan adanya hiburan seperti di tempat sebelumnya dengan organ tunggal agar lebih bisa menarik pengunjung,” katanya.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif