by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Sabtu, 14 Agustus 2021 - 22:00 WIB
Esposin, SRAGEN—Angka kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Sragen dalam sehari mencapai 25 orang, Sabtu (14/8/2021). Angka kematian tersebut mendongkrak persentase angka kematian dalam situasi Covid-19 di Kabupaten Sragen yang mencapai 5,22%.
Padahal bed occupancy ratio (BOR) di Sragen terhitung cukup rendah. BOR untuk ruang intensive care unit (ICU) hanya terisi 16 orang atau 64% dari total tempat tidur ruang ICU Covid-19 sebanyak 25 tempat tidur. Demikian pula BOR untuk ruang isolasi Covid-19 juga terisi 177 orang atau 50,43% dari total tempat tidur ruang isolasi Covid-19 sebanyak 351 tempat tidur.
Data-data tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, dr. Hargiyanto, kepada Esposin, Sabtu malam. Hargiyanto menyampaikan tingginya angka kematian pasien Covid-19 itu disebabkan laporan kematian dari rumah sakit tidak real time sehingga terjadi penumpukan data kasus kematian.
Baca Juga: Produksi Telur Asin, Perempuan di Karanganyar Ini Raup Jutaan Rupiah
“Untuk kasus baru sebanyak 48 orang pada Sabtu ini. Kasus baru itu terdiri atas 19 orang simptomatik dan 29 orang asimptomatik. Kasus pasien sembuh cukup banyak mencapai 144 orang. Angka kasus sembuh tersebut mendongkrak persentase angka kesembuhan di Sragen mencapai 90,19%. Tetapi untuk kasus kematian tinggi mencapai 25 orang sehingga angkanya naik jadi 5,22%,” ujarnya.
Kasus baru sehari sebelumnya, Jumat (13/8/2021), sebanyak 53 orang dan kasus sembuh mencapai 174 orang dan meninggal dunia sebanyak enam orang. Angka kesembuhan baru 89,54% dan angka kematian 5%.
Baca Juga: Bupati Sragen Sidak, RSUD Tangen Ditarget Rampung Desember 2021
“Kebetulan pada pekan ini dari provinsi juga meminta laporan yang segera diperbarui. Selain itu, tingginya kasus kematian itu disebabkan adanya kematian yang secara domisili tidak di Sragen tetapi nomor induk kependudukan (NIK)-nya di Sragen. Jadi orang Sragen yang meninggal di luar Sragen masuk dalam data kematian Sragen. Penyebab terakhir karena masih ada warga yang isolasi mandiri di rumah kemudian memburuk dan terlambat dirujuk ke rumah sakit,” jelasnya.