by Chrisna Chaniscara - Espos.id Solopos - Sabtu, 20 November 2021 - 06:00 WIB
Esposin, SOLO -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo terus menggodok sejumlah opsi solusi untuk mengurangi potensi siswa nongkrong seusai mengikuti pembelajaran tatap muka atau PTM di sekolah. Optimalisasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi salah satu alternatif yang tengah dibahas.
Nantinya, siswa SD-SMP yang tidak bisa diantar-jemput orang tua tidak perlu memaksakan diri mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM). Kepala Disdik Solo, Etty Retnowati, mengatakan pembelajaran di Kota Bengawan saat ini masih menggunakan metode campuran (blended learning).
Metode itu mengombinasi pembelajaran tatap muka dan tatap maya. Artinya, sebagian siswa ada yang belajar di sekolah dan sebagian lewat virtual pada waktu yang bersamaan. Etty mengatakan pelaksanaan model pembelajaran menyesuaikan sekolah. “Untuk siswa yang tidak bisa diantar-jemput orang tua, bisa diarahkan mengikuti PJJ,” ujar Etty saat dihubungi Esposin, Jumat (19/11/2021).
Baca Juga: Menyusuri Jalan Alternatif Hindari Jl DI Pandjaitan Solo, Macet?
Penyediaan bus sekolah juga menjadi alternatif lain yang dimatangkan untuk mencegah siswa nongkrong sepulang PTM di Solo. Nantinya, siswa yang tak bisa diantar-jemput orang tua dapat naik bus sesuai trayek yang ditentukan.
Namun Etty mengatakan jadwal eksekusi program lintas OPD tersebut belum dapat dipastikan. “Hasil koordinasi terakhir, kami masih perlu menunggu. Ini karena pertengahan Desember siswa sudah libur semester,” ujarnya.
Kabid SD-SMP Disdik, Abdul Haris Alamsah, mengatakan pelaksanaan PTM idealnya tak membebani siswa. Disdik tengah mengkaji kebijakan agar pelajar yang sulit diantar-jemput orang tua tak perlu mengikuti PTM.
Baca Juga: Masih Menghuni Bantaran Bengawan Solo, Puluhan Keluarga Terancam Banjir
Esposin pernah mendapat sejumlah siswa SMP yang menitipkan sepeda motornya di tempat parkir umum yang berlokasi tak jauh dari sekolah. Hal itu mereka lakukan karena orang tua tak bisa mengantar-jemput.
Selain itu pernah ada juga siswa SD yang berjalan kaki cukup jauh untuk menjangkau sekolah. Ia tak bisa diantar karena orang tua bekerja dari pagi hari.
Baca Juga: Keluarga Inti Mangkunegaran Solo Mulai Berembuk Bahas Penerus MN IX
Ini berpotensi mengancam keselamatan siswa di jalan. Haris mengatakan opsi optimalisasi PJJ perlu ditopang kemampuan blended learning yang baik dari tiap sekolah.
Haris mengakui beragamnya kemampuan guru terkadang menjadi kendala dalam pembelajaran campuran. “Solusinya, sekolah bisa membuat tim. Jadi guru yang paham teknologi bisa ikut menjadi operator.”