by Nova Malinda - Espos.id Solopos - Jumat, 23 Desember 2022 - 11:26 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati meminta para peternak sapi untuk menjaga kebersihan kandang sapi untuk menghindari penularan lumpy skin disease (LSD).
Mengingat, penularan virus lumpy skin disease (LSD) bersifat sporadis dan menular melalui vektor, seperti gigitan serangga nyamuk, lalat, dan caplak. “Jaga kebersihan, biosekuriti, kemudian juga memberikan makanan yang cukup vitamin, bergizi,” himbau dia.
Lusia menjelaskan secara fisik tampilan sapi yang terpapar virus lumpy skin disease (LSD) menjadi kurang menarik, nafsu makan turun akibat daya tahan tubuh melemah.
Sehingga selain terdapat benjolan-benjolan di sekujur tubuh, sapi juga bisa terlihat kurus.
Sehingga selain terdapat benjolan-benjolan di sekujur tubuh, sapi juga bisa terlihat kurus.
“Tapi ketika sembuh dia [benjolan-benjolan] akan mengering sendiri, dan nafsu makan akan pulih kembali,” jelasnya pada Esposin di kantor dinas, Jumat (23/12/2022).
Baca juga: Wow! Tekan PMK, Pemkab Boyolali Akan Bikin Tempat Cuci Kaki Khusus Sapi
“Berpotensi sekali kalau ada lalat, caplak, atau serangga lainnya yang terbang ke sana. kaya orang DB [Demam Berdarah] juga, satu kandang bisa selamat bila tidak digigit atau ditempeli dari salah satu serangga,” kata dia.
Penularan juga tergantung dengan daya tahan tubuh sapi. Sejauh ini, Lusia belum mendapat laporan terkait kematian sapi akibat LSD. Terkait kebijakan di pasar hewan, lusia belum membuat peraturan khusus di pasar hewan untuk mengantisipasi penyebaran virus LSD.
Sampai saat ini, pencegahan LSD dilakukan melalui himbauan-himbauan UPT kepada peternak agar menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan yang bergizi.
Lebih lanjut, Lusia meminta para peternak sapi agar langsung melapor bila sapinya terdapat benjolan di sekujur tubuh. Sehingga penyakit tersebut bisa segera ditangani oleh dokter hewan.
Baca juga: Mantap! Vaksinasi PMK Boyolali Ditarget Selesai 4 Agustus 2022
“Kalau mati sampai saat ini tidak. Tapi kalau tidak segera ditangani mesti berakibat seperti itu,” jelasnya.
Lusia mengatakan penyebaran virus LSD tidak semasif PMK. Saat disinggung terkait keamanan daging pada sapi LSD, Lusia menjawab daripada dipotong atau dijual saat sakit, baiknya peternak mengobati sapi yang terpapar lebih dahulu. Karena ketika sembuh, cacar pada tubuh sapi akan mengering dan pulih kembali.
“Saya harapkan tidak panik, diobati saja, karena kalau sembuh, ini kulitnya juga pulih kembali. Lebih bersabar, butuh waktu penyembuhan, pemulihan, biar harganya tidak turun. Kalau dijual posisi sakit pasti juga turun,” imbuhnya.
Sebagai informasi, jumlah sapi yang suspect LSD di Boyolali sebanyak 104 ekor, untuk total positif LSD masih dalam pemetaan. Jumlah sapi yang sudah mendapat vaksinasi sebanyak 317 ekor sapi. Sementara untuk stok vaksin LSD di Boyolali tersedia sekitar 3.700 vaksin.
Baca juga: Hewan Kurban Wajib Ada SKKH, Begini Cara Peroleh SKKH di Boyolali