by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Sabtu, 18 Juni 2016 - 06:45 WIB
Esposin, SOLO--Keturunan Haji Samanhudi berencana menyulap rumah pemberian proklamator Soekarno menjadi museum. Rumah yang beralamat di Jl. Liris Pajang Laweyan ini dulu menjadi penghargaan Soekarno atas jasa Samanhudi sebagai pahlawan pergerakan nasional.
Pantauan Esposin, Jumat (17/6/2016), rumah yang dibangun pada 17 Agustus 1962 ini masih memertahankan arsitektur aslinya. Fasad bangunan berupa dominasi batu alam berpadu dengan halaman yang cukup luas. Di tembok depan rumah, terdapat prasasti yang menandai pemberian rumah secara simbolis oleh Soekarno. Tegel lawas menghiasi bagian dalam rumah seluas 250 meter persegi tersebut.
Cicit Samanhudi, Yuyun Damayanti, mengatakan keluarga besar Samanhudi memiliki ide untuk mengoptimalkan rumah pemberian Soekarno sebagai museum. Menurut Yuyun, rumah berusia setengah abad lebih itu representatif untuk menyimpan peninggalan sejarah Samanhudi maupun Sarekat Islam (SI). Selama ini rumah tersebut digunakan turun-temurun oleh keluarga Samanhudi. Rumah itu kini ditinggali Adianto, cicit Samanhudi, beserta keluarga.
“Dari rapat keluarga kemarin memang penginnya diubah menjadi museum. Jadi Museum Samanhudi yang sekarang bertempat di Kantor Kelurahan Sondakan dipindah ke sini,” ujarnya saat ditemui Esposin di Laweyan.
Yuyun mengatakan selama ini keluarga merawat sendiri rumah pemberian Soekarno. Sudah lama pemerintah tidak menganggarkan bantuan untuk pemeliharaan bangunan kuno tersebut. Yuyun berharap pendirian museum dapat turut melestarikan rumah yang bernilai sejarah tersebut.
“Saya sempat menyampaikan wacana ini pada Pemkot. Cuma mungkin masih perlu pengkajian dan survei,” tuturnya.
Pengelola Museum Samanhudi, Suwardi, terbuka dengan rencana keluarga Samanhudi memindah museum ke rumah pemberian Soekarno. Menurut Suwardi, hal itu menjadi bentuk kepedulian keluarga terhadap jasa Samanhudi. Sejak 2012, Museum Samanhudi berlokasi di kompleks Kantor Kelurahan Sondakan atau Balai Samanhudi.
“Silakan saja. Apa yang kami lakukan selama ini juga tak lebih dari kecintaan kami pada Samanhudi,” ujarnya.
Meski demikian, dia meminta keluarga mengkaji sejauh mana rumah itu dapat menampung koleksi maupun kegiatan museum. Suwardi melihat rumah pemberian Soekarno lebih baik dijadikan monumen yang menandai sejarah Samanhudi. “Pemanfaatannya tetap rumah tinggal tapi ada semacam monumen di sana. Namun hal ini kami kembalikan pada keluarga.”