by Rudi Hartono - Espos.id Solopos - Selasa, 29 Desember 2020 - 16:45 WIB
Esposin, WONOGIRI — Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menilai para mahasiswa penerima beasiswa program Pemerintah Kabuapaten, hingga akhir tahun ini belum memberi kontribusi nyata untuk daerah dan masyarakat.
Bupati menantang mereka untuk menggelar kegiatan secara terlembaga sebagai bukti peran aktif di tengah masyarakat. Lelaki yang akrab disapa Jekek itu mengancam akan menghentikan program tahun depan, jika penerima beasiswa tak bisa menjawab tantangan itu.
Bupati menyatakan hal tersebut di tengah acara penyerahan beasiswa senilai Rp12 juta/orang kepada mahasiswa penerima di pendapa rumah dinasnya, Selasa (29/12/2020). Pernyataan Bupati mengagetkan semua pihak. Suasana yang semula dilingkupi suka cita karena para penerima bakal menerima beasiswa berubah menjadi tegang. Itu karena Bupati menyampaikan pandangannya dengan nada agak tinggi.
Persaingan Capres Pasoepati Solo Dimulai, Tiga Calon Sama-Sama Yakin Menang
Menurut dia beasiswa yang digelontorkan sejak 2016 baru bermanfaat bagi individu penerima. Beasiswa mendukung kegiatan perkuliahan sehingga studi bisa berjalan lancar. Beasiswa digunakan untuk membiayai kuliah, membeli buku, sewa kamar indekos, dan lainnya.
Namun, Bupati hingga kini belum melihat kontribusi nyata para penerima program beasiswa untuk masyarakat Wonogiri. Hal yang terlihat justru ego masing-masing. Ego itu menciptakan sekat antara mahasiswa satu dengan yang lain atau antara mahasiswa dari perguruan tinggi tertentu dengan mahasiswa perguruan tinggi lainnya.
Mestinya, dalam konteks memberikan kontribusi untuk masyarakat identitas mahasiswa hanya satu, yakni putra-putri Wonogiri. “Kondisi seperti ini jauh dari harapan saya,” ucap Bupati.
Dia minta para penerima beasiswa merespons protret riil Wonogiri yang dikenal sebagai daerah miskin, tanah tandus, atau hanya bisa menghasilkan gaplek. Penerima beasiswa setidaknya dapat berkontribusi dalam upaya mengentaskan penduduk miskin, kontribusi di bidang pendidikan, dan lainnya.
“Saya kira keinginan kami tidak berlebihan dan memberatkan. Pendapa rumah dinas saya ini bisa dipakai berkegiatan. Tapi kenapa ini tidak dilakukan. Kalau tetap seperti ini, mohon maaf ini adalah tahun terakhir bergulirnya beasiswa untuk mahasiswa berprestasi,” imbuh Bupati.
Sementara itu, salah satu penerima beasiswa, Dhiya Restu Putra, mengaku sudah berkontribusi dengan membimbing pelajar yang menjalani pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Kegiatan dilaksanakan setiap Minggu sejak September lalu. “Sampai sekarang kegiatan saya masih berjalan,” kata dia.
Warga Jateng Dilarang Nyalakan Petasan saat Tahun Baru!
Ketua Imapres Wonogiri, Aziz Widhi Nugroho, menyatakan siap menjawab tantangan Bupati. Menurut dia ada dua hal yang perlu diperhatikan mahasiswa penerima beasiswa, yakni kegiatan pengabdian masyarakat mesti bersifat kolektif agar kegiatan efektif. Selain itu kegiatan yang dilaksanakan harus berdampak besar untuk masyarakat dan daerah.
Dia menyebut ada sejumlah anggota Imapres yang membentuk kelompok belajar. Bahkan, sekarang kelompok tersebut berinovasi ke arah pengembangan teknologi informasi. Imapres juga pernah berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan dalam menggelar kegiatan tanam pohon.