by Wahyu Prakoso - Espos.id Solopos - Jumat, 18 November 2022 - 11:27 WIB
Esposin, SOLO -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir membuka Tanwir Muhammadiyah pada hari pertama rangkaian Muktamar ke-48, Jumat (18/11/2022) pagi dengan pidato tentang transformasi Muhammadiyah dalam lima tahun terakhir.
Muhammadiyah kini akan berbeda dengan Muhammadiyah pada masa depan. Pergerakan Muhammadiyah telah menjelma melampaui organisasinya.
Haedar menjelaskan Muhammadiyah bertransformasi menjadi maju, modern, dan profesional. Jemaah Muhammadiyah, ranting, cabang, daerah, wilayah, dan seluruh komponennya bergerak berirama secara dinamis. Ada dinamika, namun membawa perubahan yang bersifat berkemajuan.
“Sampai kami memformulasikannya pada hari menjelang muktamar saja tiada hari tanpa peresmian. Tiada hari tanpa peletakan batu pertama, dan tiada hari tanpa kegiatan yang menunjukkan etos kemajuan Muhammadiyah,” kata dia saat membuka sidang di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu.
“Sampai kami memformulasikannya pada hari menjelang muktamar saja tiada hari tanpa peresmian. Tiada hari tanpa peletakan batu pertama, dan tiada hari tanpa kegiatan yang menunjukkan etos kemajuan Muhammadiyah,” kata dia saat membuka sidang di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu.
Haedar Nashir menghadiri kegiatan peletakan batu pertama pembangunan dua gedung Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (17/11/2022). Satu gedung merupakan tindak lanjut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Baca Juga: Agenda Muktamar Muhammadiyah Jumat: Sidang Tanwir Jaring Calon Anggota PP
Dia menjelaskan dinamika Muhammadiyah ini lahir berkat semangat untuk berubah dan transformasi secara tersistem dari Aceh sampai Papua. Dinamika bukan hanya tentang fisik namun memiliki roh di dalamnya.
“Sebagaimana yang pesan KH Ahmad Dahlan mengenai Muhammadiyah kini akan berbeda dengan Muhammadiyah pada masa depan. ‘Muhammadiyah dititipkan kepadamu’. Maka menjadi roh bagi seluruh anggota kader dan pimpinan dari pusat sampai ke tingkat bawah bahkan ke mancanegara,” ungkapnya.
Baca Juga: Agenda Solo Hari Ini: Muktamar Muhammadiyah hingga Sarasehan di Radya Pustaka
“Muhammadiyah 100 tahun telah menjelma menjadi pergerakan yang melampaui organisasi dan bukan semata-mata organisasi. Pergerakan itu terjadi persambungan value atau klimaks yang hidup Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang melekat di dalamnya,” jelasnya.
Haedar Nashir mengatakan semua yang tergabung dalam Muhammadiyah menjadi aktor pergerakan khas dengan sistem bukan menonjol dalam personalitas. “Kami besar secara institusi,” paparnya.
Baca Juga: Catat! 8 Lokasi Sekitar Stadion Manahan Solo Ditutup saat Pembukaan Muktamar
Muhammadiyah telah memiliki 173 perguruan tinggi, 120 rumah sakit, 264 klinik balai kesehatan, ribuan sekolah, hingga universitas di luar negeri. Kemudian amal usaha Muhammadiyah bergerak tidak hanya pada kancah nasional namun juga internasional.
“Semua berjalan dengan fungsi kelembagaan, bukan orang per orang. Kelembagaan itulah ciri pergerakan Islam atau pergerakan modern di mana orang datang dan pergi tetapi institusi akan terus awet sampai mungkin satu hari sebelum kiamat jika organisasi menghadapi tantangan zaman,” katanya disambut tepuk tangan peserta.
Tanwir Muhammadiyah kali ini merupakan Tanwir terakhir pada periode 2015-2020 sebelum pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sabtu (19/11/2022). Sebelumnya, Muhammadiyah melakukan sidang Tanwir dua kali selama pandemi Covid-19.