Langganan

Berkat Mbah Sadiman & Pohon Beringinnya, Bulukerto Wonogiri Tak Pernah Kering - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Diky Praditia  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 4 Agustus 2024 - 18:29 WIB

ESPOS.ID - Mbah Sadiman membersihkan semak-semak yang tumbuh di bawah pohon beringin yang ia tamam sejak 1996 di Hutan Gendol, Bulukerto, Wonogiri, Minggu (28/7/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Esposin, WONOGIRI — Masih ingat Mbah Sadiman, warga Bulukerto, Wonogiri, yang memperoleh penghargaan Kalpataru dari pemerintah pusat pada 2016 karena upayanya yang tak kenal lelah dalam penyelamatan lingkungan?

Hingga kini di usianya yang sudah 72 tahun, Mbah Sadiman masih aktif merawat alam dan menghijaukan hutan. Seperti terlihat saat Esposin menjumpainya di Hutan Gendol, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, Minggu (28/7/2024).

Advertisement

Tampak sabit di tangan kanannya mengayun memotong rerumputan yang mulai tumbuh lebat di bawah pohon-pohon beringin di hutan tersebut. Pria tua itu ingin memastikan pohon yang ia tanam 28 tahun lalu tetap hidup dan menghidupi warga desa.

“Coba lihat ini, sudah banyak keluar airnya dari dalam tanah. Airnya bening kincling-kincling. Sumber-sumber air dekat pohon beringin inilah yang dipakai warga desa untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Sadiman saat menunjukkan aliran air yang muncul di sekitar pohon beringin yang ia tanam di Hutan Gendol.

Selesai membabat rumput di bawah pohon beringin lebat, ia melangkah ke pohon-pohon beringin lainnya yang masih kecil. Pohon itu hasil pembibitan dari pohon yang lebih besar. Dengan hati-hati, ia mencabut rumput-rumput yang menghalangi pertumbuhan bibit beringin itu.

Advertisement

Bibit pohon beringin tersebut berjejer di lereng bukit di bawah tegakan pohon pinus milik Perum Perhutani. Di bawah lereng hutan yang ia tanami pohon beringin, terdapat sungai dengan aliran air yang cukup deras.

Di tengah aliran air sungai itu, Mbah Sadiman menyingkirkan bebatuan ke pinggir sungai. Hal itu dilakukan agar air mengalir dengan lancar, termasuk ketika debitnya meningkat saat hujan.

Cegah Longsor

Air yang mengalir lancar tersebut meminimalkan erosi tanah di tepi sungai. Dengan demikian, bisa mencegah longsor. Yang tak kalah penting, pohon-pohon beringin yang ditanam di tepi sungai tidak hilang terbawa aliran sungai.

Saat hujan deras, debit air sungai di hutan itu bisa meningkat signifikan sehingga kadang memaksa tanah di tepian sungai turut hanyut. Beberapa pohon beringin yang ia tanam di tepi sungai pun hanyut.

“Kalau batu-batu ini tidak saya singkirkan ke pinggir, nanti bisa mengubah aliran sungai yang bisa merusak uwitku [pohon-pohonnya]. Pohon-pohon beringin di sini sudah seperti anak-cucu saya yang harus selalu dirawat,” ujar Mbah Sadiman.

Advertisement

Sudah tak terhitung berapa ribu pohon beringin yang ia tanam di hutan seluas 100 hektare (ha) itu. Setiap hari, ia pergi ke hutan untuk merawat pohon-pohon beringin itu seorang diri. Hanya memakai sandal jepit, pakaian seadanya, topi, dan membawa sabit atau arit, ia masuk ke hutan hingga jauh dari permukiman.

Meski sudah berusia senja, tenaganya masih sangat kuat. Langkah kakinya masih lincah. Bahkan ketika masuk ke hutan, ia tak pernah membawa bekal, termasuk air minum. Setiap hari, Mbah Sadiman pergi ke hutan setelah ia mengolah lahan sawahnya untuk menanam padi.

Pria yang tidak tamat sekolah teknik menengah (STM) ini hanya minum air dari sungai atau sumber air yang muncul dekat pohon beringin. Ia makan dua kali sehari, pagi sebelum ke sawah dan sore setelah pulang dari hutan.

Mbah Sadiman menyingkirkan batu agar tidak menghalangi aliran air sungai di Hutan Gendol, Bulukerto, Wonogiri, Minggu (28/7/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)
Advertisement

Tak ada orang yang menyuruhnya melakukan hal tersebut. Mbah Sadiman mengaku menanam pohon beringin di hutan karena keinginan sendiri yang timbul karena rasa prihatin melihat kondisi hutan yang gersang setelah kebakaran. Hal itu menyebabkan warga desa sulit mendapatkan air lantaran pasokan air dari hutan tidak banyak.

Tak Kekurangan Air

Mbah Sadiman mulai menanam pohon beringin sejak awal 1996. Bukan perkara mudah baginya untuk menanam pohon-pohon itu. Tak jarang pohon beringin yang sudah ia tanam rusak karena terpotong atau tertebas oleh peternak yang mencari pakan untuk ternaknya.

Untuk mencegah hal tersebut, Mbah Sadiman sampai membuat kesepakatan dengan mereka agar tidak mencari rumput di wilayah hutan yang ia tanami beringin. Kesepakatan itu dilakukan dengan cara memberikan mereka sejumlah uang atau kambing. Padahal sebenarnya lahan itu bukanlah milik pribadi Mbah Sadiman atau warga lain.

“Tidak bermaksud apa-apa, ini saya lakukan ngge wong akeh [untuk kepentingan orang banyak]. Biar orang-orang desa bisa hidup nyaman dan tidak kekurangan air,” katanya.

Usaha Mbah Sadiman selama bertahun-tahun menanam pohon beringin itu sempat membuat ia dianggap sebagai orang gila. Namun demikian, berkat usahanya yang tanpa pamrih itu pula, ratusan keluarga di desanya tidak kekurangan air, bahkan saat kemarau.

Advertisement

Dari pohon-pohon beringin yang ditanam muncul sejumlah sumber air. Sumber-sumber air dekat pohon beringin di hutan itu disalurkan ke permukiman warga Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, dan sekitarnya menggunakan pipa-pipa paralon bervolume kecil hingga sedang.

Puluhan penghargaan ia terima atas usahanya. Salah satunya, pada 2016 ia menerima penghargaan Kalpataru atas usahanya menjaga lingkungan.

Menanam Kopi

Kini, Mbah Sadiman tidak hanya menanam pohon beringin di hutan. Ia juga mulai menanam kopi jenis robusta di Hutan Gendol sejak dua-tiga tahun terakhir ini. Hal ini agar ia memiliki pemasukan tambahan.

“Selain itu, ini sebenarnya agar ada alasan bagi saya untuk tetap menjaga pohon beringin. Jadi selain merawat beringin, ada kopi yang memiliki nilai komersial,” ujarnya.

Hutan yang ia tanami pohon beringin itu kini dikenal sebagai Hutan Sadiman. Di beberapa jalan di hutan itu, Mbah Sadiman menanam tanaman hias agar lingkungan terlihat lebih indah.

Ia juga menanam tanaman hias andong melingkari sejumlah pohon beringin yang sudah berukuran besar. “Biar terlihat sakral, jadi pohonnya tidak dirusak,” katanya sambil terkekeh.

Salah satu warga desa setempat, Sular, menyampaikan berkat usaha Mbah Sadiman, air di Desa Geneng dan sekitarnya sangat melimpah. Air untuk kebutuhan ternak dan pertanian pun tercukupi.

Advertisement

“Dulu air di sungai desa ini sudah mengalir, tetapi tidak sederas sekarang. Setelah Mbah Sadiman menanam pohon beringin, sungainya tetap deras meskipun kemarau seperti sekarang,” ungkap Sular.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif