Langganan

Berkah Ramadan Pedagang Takjil di Wonogiri, Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Diky Praditia Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 31 Maret 2024 - 23:44 WIB

ESPOS.ID - Pedagang takjil melayani pembeli di halaman depan Pasar Krisak, Selogiri, Wonogiri, Selasa (12/3/2024). (Solopos/Muhaammad Diky Praditia)

Esposin. WONOGIRI -- Ramadan benar-benar mendatangkan berkah bagi Riska Pujianti, pedagang takjil di Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Pendapatan rumah tangganya meningkat signifikan dari biasanya berkat menjual berbagai menu makanan dan minuman untuk berbuka puasa.

Advertisement

Pada hari biasa, perempuan berusia 31 tahun itu membuka warung hidangan istimewa kampung (HIK) atau angkringan yang menjual nasi dan lauk serta gorengan saat siang hari. Namun, kala Ramadan ia mengubah jenis makanan yang dia jual.

Ia menambahkan berbagai menu takjil seperti kolak, dawet, aneka gorengan, dan pecel. Jam dagangnya pun berubah menjadi sore hari menjelang Magrib. Riska mengaku dengan menyediakan makanan untuk berbuka puasa, omzetnya meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan hari biasa.

Biasanya Riska mendapatkan omzet Rp600.000/hari. Selama Ramadan ini, omzetnya sekitar Rp1,5 juta/hari. Menurut dia, saat puasa, orang cenderung lebih banyak belanja makanan dan minuman dibandingkan hari-hari normal. Mereka bahkan bisa mengeluarkan banyak uang untuk membeli berbagai makanan dan minuman dalam sekali waktu untuk berbuka puasa.

Advertisement

“Pendapatannya justru lebih banyak saat Bulan Puasa begini. Itu pun kami hanya buka dari siang sampai menjelang Magrib. Ya lumayanlah,” kata Riska saat dihubungi Esposin, Minggu (31/3/2024).

Riska menyebut Ramadan begini justru menjadi peluang besar bagi pedagang untuk meraup cuan berkali lipat. Dia sudah membuktikan hal itu sejak 2011 lalu. Setiap kali Ramadan, dia bahkan mesti merekrut satu orang untuk membantu menyiapkan dagangannya.

Warga membeli takjil di warung hik Penceng, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Minggu (31/3/2024). (Istimewa/Edi)

Hal itu karena menu yang dia jual semakin banyak dan permintaannya juga meningkat. Dia menyampaikan jangkauan pembeli di warungnya semakin meluas kala Ramadan.

Kebiasaan Masyarakat

“Kalau hari biasa kan paling yang orang-orang kantor, pekerja. Kalau puasa begini banyak orang umum. Malah enggak hanya orang Girimarto, tetapi juga dari kecamatan lain. Nguja [sengaja] ke sini,” ujarnya.
Advertisement

Tingginya omzet pedagang takjil itu tak lepas dari kebiasaan masyarakat yang suka jajan dan mencari menu takjil di luar saat Ramadan. Hal itu terbukti dari pengeluaran warga Wonogiri yang membengkak saat Ramadan dibandingkan hari biasa.

Salah satu warga Kecamatan Wonogiri, Destiana Fitri, mengatakan meski tidak setiap hari, dia kerap sekali membeli takjil, tak hanya minuman tetapi juga jajanan dan makanan berat serta lauk-pauknya.

“Padahal kalau enggak puasa, saya malah lebih sering masak sendiri. Jarang sekali beli makanan di luar kalau benar-benar tidak terpaksa. Enggak tahu ya, kalau puasa itu kayak lebih senang aja coba-coba makanan takjil karena kan pilihannya banyak. Belum lagi biasanya setelah tarawih juga kadang masih nyari jajanan lagi,” jelasnya.

Dalam sekali belanja takjil, Desti mengeluarkan uang tidak kurang dari Rp30.000. Bahkan lebih sering lebih. Padahal uang sebanyak itu biasanya bisa digunakan untuk dua kali makan untuk tiga orang di keluarganya dengan masak sendiri di rumah. Rata-rata pengeluarannya meningkat 80%-100% dibanding biasa.

Advertisement

Warga Wonogiri lain, Nurhasanah, menyampaikan pengeluaran rumah tangganya memang meningkat. Seperti Desti, Nurhasanah lebih kerap memilih membeli takjil dibandingkan membuat sendiri.

Menurutnya, hal itu sudah menjadi kebiasaan saat Bulan Puasa. Alasan lain, tenaganya tidak terlalu cukup jika harus memasak aneka menu makanan untuk suami dan dua anaknya di rumah saat sore hari.

Hasil Survei Pengeluaran Warga

“Jadi ambil gampangnya saja, beli makanan di luar. Walau enggak tiap hari juga sih. Tetapi tetap terasa borosnya. Biasanya, untuk makan itu cukup Rp50.000-80.000 per hari buat satu keluarga. Sekarang minimal Rp100.000/hari,” kata Nurhasanah.

Berdasarkan data survei TGM Research pada awal Maret 2024, pengeluaran terbanyak warga Indonesia saat Ramadan untuk membeli makanan dan minuman yang mencapai 45%.

Keramaian pusat jajanan takjil dengan penjual yang berjejar sepanjang jalan raya Jatisrono-Jatiroto, Desa Jatisari, Jatisrono, Wonogiri. (Instagram/@explore_wonogiri)
Advertisement

Sebanyak 46% warga tercatat lebih banyak pengeluaran saat Ramadan dibandingkan hari biasa. Kemudian 42% mengaku pengeluaran mereka tetap sama saat Ramadan maupun hari biasa. Hanya 12% warga yang pengeluarannya berkurang saat Ramadan.

Dalam survei yang sama, sebanyak 93% responden memilih makan di rumah bersama keluarga saat Ramadan. Tetapi 44% dari mereka mendapatkan makanan yang dimakan di rumah itu dari membeli di luar.

Sementara itu, ada lima makanan yang paling favorit dikonsumsi saat berbuka puasa, yaitu opor ayam, rendang, kolak, ketupat, dan kurma.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan Wonogiri, Nugroho Liestyono, mengatakan saat Ramadan, muncul pusat-pusat penjual takjil di masing-masing kecamatan di Wonogiri.

Para pedagang, secara organik, langsung menciptakan pasar takjil sendiri di tempat-tempat yang bahkan biasanya tidak untuk jualan, misalnya di pinggir-pinggir jalan.

“Pemerintah tidak mengatur itu. Artinya pedagang tidak perlu mendaftar. Kalaupun ada paling ke paguyubannya saja,” ujarnya.

Pusat-pusat Jajanan Takjil

Dari pantauan dan informasi dihimpun Esposin, pusat-pusat penjualan takjil bermunculan di Wonogiri sejak awal Ramadan, Selasa (12/3/2024) lalu. Di kawasan pusat kota Kabupaten Wonogiri di antaranya ada di depan Pasar Kota Wonogiri serta sekitar Lapangan Pringgodani, Wonokarto.
Advertisement

Kemudian di Selogiri juga ada pusat jajanan takjil di depan Pasar Krisak. Selain itu di wilayah Kecamatan Jatisrono, tepatnya di Desa Jatisari, pusat takjil muncul di jalan penghubung Jatisrono-Jatiroto. Jalan sepanjang kurang lebih 200 meter penuh pedagang dan pembeli takjil tiap sore selama Ramadan.

Kepala Desa Jatisari, Teguh Subroto, mengatakan kawasan di jalan Jatisrono-Jatiroto itu memang sejak awal, bahkan di luar Ramadan, sudah banyak orang berjualan. “Tidak hanya penjual takjil, dari siang sampai malam sudah ada orang jualan makanan berat, setiap hari sebelum puasa,” kata dia kepada Esposin, Minggu (24/3/2024).

Dia mengatakan baru ketika Ramadan, penjual takjil musiman membeludak berjejer di pinggir jalan sepanjang kurang lebih 200 meter itu. “[Bulan] Puasa hari pertama penjual makin banyak, pengunjung juga semakin banyak, mungkin bisa ribuan itu. Terus semakin ke sini penjual itu tambah banyak,” kata dia.

Teguh menjelaskan rata-rata yang berjualan takjil di sepanjang jalan wilayah Desa Jatisari, Jatisrono, Wonogiri, itu adalah warga sekitar. Malah menurutnya lebih banyak anak muda dan mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk berjualan takjil.

“Tidak hanya Jatisari ya, tapi warga di Kecamatan Jatisrono secara umum juga jualan di situ. Jadi tidak hanya khusus Jatisari, itu kan wilayahnya perbatasan, bahkan mungkin ada yang lain kecamatan juga,” kata dia.

Teguh mengklaim di Wonogiri belum ada pusat jajanan takjil yang seramai di Jatisrono. Ramadan sebelumnya sebetulnya juga sudah ada yang berjualan takjil di tempat itu namun tidak seramai tahun ini.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif